PALANGKA RAYA/tabengan.com – Komandan Korem (Danrem) 102/Panju Panjung Kolonel Arm M Naudi Nurdika memimpin pemusnahan 143 senjata api (senpi) rakitan yang berasal dari berbagai wilayah di Makorem 102/Pjg, Rabu (2/5).
“Ada (senpi) yang katanya untuk berburu. Padahal, sekarang sudah tidak lagi berburu seperti itu,”ucap Naudi usai kegiatan Hasupa Hasundau Tiga Pilar Plus Mantir dan Damang.
Senpi ilegal berbentuk pistol 3 pucuk dan 140 senapan laras panjang ini dikumpulkan sejak Januari 2017 hingga April 2018. Wilayah terbanyak pengumpulan senpi rakitan berasal dari Kodim 1015/Spt sebanyak 51 pucuk dan Kodim 1014/Pbn sebanyak 31 pucuk serta sisanya dari wilayah lain.
“Banyak senpi yang ditarik hasil dari komunikasi dengan masyarakat. Tidak dengan paksaan dan berdasarkan kesadaran,” jelas Naudi.
TNI berupaya membantu kepolisian menciptakan situasi kondisi melalui kondisi dini dengan menerima penyerahan senpi rakitan masyarakat. “Kebanyakan senjata masih bisa digunakan. Bayangkan bila digunakan oleh orang yang bermaksud jahat,” ujar Naudi.
Dia mencontohkan adanya kejadian masyarakat yang bunuh diri ataupun membunuh orang lain dengan senjata rakitan. Naudi meyakini masih banyak senpi rakitan ilegal yang berada dalam penguasaan masyarakat dan belum diserahkan.
Peranan Tiga Pilar yakni Babinsa, Babinkamtibmas dan Kepala Desa ditambah Mantir dan Damang dirasa sangat penting, karena selain menguasai wilayah juga mengenal karakter dan kondisi masyarakat.
Korem 102/Pjg juga memberikan penghargaan bagi para Babinsa dari TNI, Babinkamtibmas Polri dan sejumlah Kepala Desa serta masyarakat yang membantu keamanan dan stabilitas wilayahnya.
Tidak hanya masalah informasi dan pengumpulan senpi rakitan, kegiatan kali ini juga membahas ancaman radikalisme di Kalteng. “Sehingga dapat memantau orang asing, dan apa yang dilakukan di daerah tersebut,”ucap Danrem.
Terpisah, Irwasda Polda Kalteng Kombes Pol Benone Jesaja Louhenapessy menyebut tiga pilar harus mampu menjadi counter atau melawan radikalisme dan narkoba.
“Kita bangun culture (kultur) dan mindset (pola pikir) dengan menyamakan persepsi dan satukan kekuatan,”harap Beno.
Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Kalteng Drs H Wartika juga menekankan perlunya pencegahan dan deteksi dini paham radikalisme yang berasal dari kerja sama semua pihak.
Seringkali masyarakat terbiasa hidup aman dan damai sejak dahulu ,sehingga saat ini menjadi kurang waspada dan tidak peduli lingkungan sekitarnya. “Padahal situasi dan kondisi masyarakat saat ini banyak berubah, termasuk ancaman yang tidak kasat mata berusaha masuk ke dalam masyarakat,” ucap Wartika. dre