Debat Pertama Dinilai Kurang Mengesankan

Pengamat Ekonomi Fitria Husnatarina dan Pengamat Politik Paulus Yance Alfons Dhanarto, 

+ Jawaban Paslon Belum Spesifik, Tapi Tidak Pengaruhi Elektabilitas Paslon 

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID Pengamat dan Akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya (UPR) Fitria Husnatarina menyampaikan tanggapannya terhadap debat publik pertama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) 2024.

Dalam debat pertama para kandidat beradu argumen dan gagasan dengan tema “Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kalteng melalui Ekonomi Berkeadilan dan Berkelanjutan”, yang dilaksanakan di Swiss-Belhotel Danum Palangka Raya, Senin (14/10) malam.

Fitria yang juga menjadi salah satu dari panelis debat publik pertama menyampaikan tanggapannya soal debat yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) tersebut. Ia menyebut,  debat yang dilakukan seluruh pasangan calon (Paslon) dalam memaparkan pendalaman visi-misi berjalan dengan kondusif dan baik.

“Terkait dengan jawaban masing-masing cagub dan cawagub berkaitan dengan pertanyaan dari panelis. Saya melihat setiap pasangan cagub dan cawagub memiliki perspektif dan berpatokan dengan visi-misinya yang menjadi acuan mereka adalah program-program tertentu,” ujar Fitria kepada Tabengan, Selasa (15/10).

Pada konteks itu, lanjut Fitria, pertanyaan yang disampaikan dan dijawab para paslon, dengan jawaban yang masih terkesan kurang spesifik.

“Tetapi dalam implementasi karena berkaitan dengan durasi waktu dan konteks tertentu ini didalam perspektif yang membahas masih diranah kulit, belum mendalam dan belum terkait yang diharapkan panelis, yakni dijawab secara spesifik,” jelasnya.

Walaupun tidak dijawab secara spesifik, ia menyebut jawaban para paslon sudah memberikan gambaran yang diterjemahkan dari visi-misi.

“Para paslon juga sudah mencoba mengaitkan visi-misi mereka dengan RPJPN, RPJPD Kalteng dan juga RPJMD dan ini yang kemudian menjadi lokus dari hal tersebut,” bebernya.

Ke depan, ia berharap di debat publik kedua dan ketiga para paslon dalam menjawab suatu pertanyaan atau isu dapat lebih spesifik dan mengarah pada kebijakan yang dapat dieksekusi.

“Dan hal-hal yang bisa ditunjukan dalam jangka pendek yang dilihat oleh masyarakat semoga mampu menjawab berbagai kebutuhan dari masyarakat,” imbuhnya.

Fitria juga berharap rekonstruksi berpikir dari para cagub dan cawagub Kalteng itu bisa dispesifikan lagi dengan lebih detail dan menggambarkan keunikan dan kekhususan dari Kalteng.

Tak lupa, Fitria juga mengapresiasi terkait berjalannya debat publik pertama yang diselenggarakan KPU Kalteng, dimana dalam pelaksanaannya berjalan dengan lancar.

“Kita juga mengapresiasi panitia peneyelenggara debat, karena berjalannya debat berlangsung lancar, aman, kondusif baik, penuh dengan energi dan kebersamaan masing-masing memiliki pendukung dan saling menjaga sesuai kapasitas serta batasannya,” tandasnya.

Kurang mengesankan

Pengamat politik Kalteng Paulus Yance menilai debat pertama ini kurang mengesankan. Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat panelis lebih cenderung aman dan kurang menyentuh kerangka kontekstual Kalteng, hal itu terlihat dari kurangnya pembahasan seputar tema.

“Debat terlihat lebih sering menampilkan kesepakatan dan kurang mendebat konsep dan jawaban pasangan calon lain,” katanya, Selasa (15/10).

Kelebihan debat tersebut, katanya, hanya  semua pasangan calon bertemu dalam satu acara yang sama-sama menampilkan kemampuan komunikasi publik.

“Jawaban masing-masing pasangan calon lebih banyak berkutat pada persoalan permukaan dan kurang mendalam pada masalah-masalah kontekstual yang dihadapi Kalteng,” jelasnya.

Dalam pengamatan yang dilakukan, hasil dari debat perdana tersebut kemungkinan besar tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap potensi suara pasangan calon.

“Karena kurang adanya debat yang menguji ketangkasan tiap calon dalam menyuarakan perekonomian Kalteng berkelanjutan secara utuh,” tandasnya. rmp/jef