Euforia Pilgub Masih Seputar Praktis Oportunis

Paulus Yance Alfons Dhanarto & Ricky Zulfauzan

*Sisa 1 Bulan Paslon Tingkatkan Elektabilitas

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Pertempuran politik dari empat pasangan calon (Paslon) yang maju pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Bumi Tambun Bungai, mencapai puncaknya kurang dari sebulan ke depan. Masyarakat akan menentukan pilihan pada 27 November mendatang.

Selama masa kampanye berlangsung, para calon kepala daerah terus melakukan aksi untuk meraih simpati pemilih. Namun, menurut pengamat politik Kalteng Paulus Yance Alfons Dhanarto, kampanye besar-besaran yang dikenal dengan sebutan kampanye akbar, kurang berdampak signifikan pada perolehan suara. Ia melihat masih pada tataran praktis oportunis. Maksudnya semata-mata ingin mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dari segala kesempatan yang ada, tidak berpegang teguh pada prinsip tertentu. Asalkan menguntungkan dirinya sendiri, maka ia rela melakukan apapun untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

“Masyarakat kelas menengah perkotaan cenderung sudah memiliki pilihan, sehingga kampanye akbar tidak akan berpengaruh pada mereka.  Namun, pada pemilih dari luar kota, terdapat dua hal yang dapat memengaruhi perolehan suara. Politik uang dan mobilisasi suara perangkat desa dan perusahaan,” kata Paulus, Selasa (22/10).

Dalam pengamatannya, Paulus juga membahas tentang euforia Pilgub Kalteng yang sedang berlangsung saat ini. Menurutnya, dinamika drama politik di Pilkada Kalteng saat ini kurang dimainkan.

Tim sukses dari setiap pasangan calon tengah fokus pada penetrasi sektoral, seperti lembaga pendidikan, agama, perkumpulan/asosiasi profesi dan kelompok primordial (perkumpulan etnis/suku).

“Lebih tepatnya sedang gerilya ke kelompok sektoral. Mereka bergerilya ke masyarakat untuk menggaet suara dari setiap sektor sesuai dengan fokus masing-masing paslon,” tandasnya.

Tinggal 1 Bulan

Terpisah, pengamat politik Kalteng sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Palangka Raya (UPR) Ricky Zulfauzan mengungkapkan, para paslon masih ada waktu satu bulan untuk meningkatkan elektabilitas.

“Jika masih ada waktu lebih dari satu bulan, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi tim kampanye apakah sudah efektif atau belum. Bisa juga digunakan untuk melihat isu apa saja yang perlu diperkuat. Dapil mana yang diperlukan perlakuan khusus. Dapil mana yang perlu dirawat,” ujar Ricky, Selasa (22/10).

Yang menarik, lanjut Ricky, melihat hasil survei Poltracking terkait tingkat kepuasan yang tinggi kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng di angka 72 persen.

Secara teoritis, tingkat kepuasan memengaruhi keinginan untuk memilih kembali. Ini terbukti dengan 52 persen yang puas menjatuhkan pilihannya pada paslon 3 yang merepresentasikan petahana.

Menurutnya, hasil survei dari pengumpulan data yang lebih dari sebulan menjelang hari pencoblosan, belum bisa dipastikan hasilnya sama. Karena banyak terjadi berbagai kemungkinan yang berpotensi mengubah peta suara.

“Menurut saya hasil survei ini menjadi bahan evaluasi tim kampanye, untuk memperkuat basis pemilih dan membangun branding,” ucap Ricky.

Mengenai banyaknya responden yang puas dengan kinerja Sugianto karena bansos, kemudian memilih paslon nomor urut 3, Ricky menyebut, program bansos memang yang paling mudah diingat masyarakat.

Karena, kata dia lagi, program tersebut yang langsung menyentuh masyarakat. “Di saat harga sembako naik, tiba-tiba ada pasar murah, bahkan pembagian sembako gratis. Tentunya masyarakat senang,” tandasnya. jef/rmp