DEBAT KEDUA PILGUB-Paslon Belum Spesifik Jelaskan Program

Paulus AY Dhanarto dan Ricky Zulfauzan

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Debat publik kedua Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalteng telah dilaksanakan, Selasa (5/11) malam.

Debat kedua tersebut mengambil tema “Inovasi Pelayanan Publik dalam Menyelesaikan Persoalan Daerah” yang digelar di Grand Studio Metro TV Jakarta Barat.

Pengamat Politik Kalteng sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya (FISIP UPR) Ricky Zulfauzan menilai, debat kedua ini masih belum spesifik dan menggambarkan dengan jelas program apa yang ditawarkan dalam pembahasan sesuai tema.

“Menurut saya, para paslon masih belum menggambarkan secara detail tentang paparan program yang akan dilakukan dalam inovasi pelayanan publik untuk mengatasi persoalan daerah,” ujar Ricky kepada Tabengan, Rabu (6/11).

Terkait program kerja yang ditawarkan masing-masing paslon, ia melihat belum menggambarkan kondisi 100 hari kerja. “Karena hampir semua program yang ditawarkan sebenarnya membutuhkan persetujuan dari DPRD Kalteng. Saya punya keyakinan DPRD tentunya pasti akan menyetujui program kerakyatan,” imbuhnya.

Namun yang perlu diantisipasi, jelas alumnus Doktoral Universitas Airlangga Surabaya tersebut, bagaimana kalau di DPRD pembahasannya alot.

“Dan ini saya rasa yang juga harus benar-benar bisa diantisipasi nantinya oleh paslon jika terpilih. Karena jika DPRD tidak setuju, maka program tadi hanya akan jadi kertas saja,” jelas Ricky yang juga alumnus Magister Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat tersebut.

Ricky juga turut menilai performa dari para paslon di debat kedua kemarin malam. Dimana kata Ricky, paslon nomor urut 3 Agustiar-Edy cukup berbeda. “Tampaknya mereka (Agustiar-Edy) sangat siap terkait tema debat inovasi pelayanan publik,” tambah Ricky.

Anggota Dewan Pakar DAD Kalteng itu juga menyebut, dalam debat yang membahas inovasi pelayanan publik, hanya dua paslon yang membahas paparan visi misi sesuai dengan tema debat.

“Menurut saya hanya paslon 3 dan 4 yang memaparkan visi-misi sesuai tema. Sedangkan selama sesi tanya jawab inovasi pelayanan publik tidak disinggung lagi,” imbuhnya.

Ricky juga berharap para paslon nanti dalam memaparkan visi misi dan program kerja harus lebih spesifik dan sesuai dengan pembahasan tema debat.

Kurang Inovatif 

Terpisah, pengamat politik Kalteng Paulus Alfons Yance Dhanarto mengatakan, debat tersebut tidak menghadirkan pembahasan yang cukup inovatif dan mendalam.

Ia menyebutkan, debat tersebut berhasil menyentuh hati masyarakat yang sudah memiliki pilihan. Bagi pemilih yang masih ragu, gagasan empat paslon tersebut tidak memberikan informasi yang cukup signifikan untuk menjadi pertimbangan dalam memilih calon pemimpin.

“Bagi masyarakat yang sudah memiliki pilihan, debat ini mungkin sudah cukup menyentuh hati dan membangun simpati. Namun, bagi mereka yang masih belum menentukan pilihan, debat tersebut kurang memberi gambaran yang baru signifikan dan menarik,” katanya, Rabu (6/11).

Debat tersebut juga, kata Paulus, lebih banyak berfokus pada aspek formal dan prosedural yang terkesan biasa saja.

“Sebagian besar materi debat berputar pada hal-hal yang sudah sering didengar dalam diskursus politik, tanpa ada terobosan baru yang bisa dianggap sebagai inovasi,” ujarnya.

Ia menerangkan, jika yang dimaksud dengan inovasi adalah sebuah terobosan yang mengarah pada perubahan signifikan, maka jawaban, tanggapan, dan pertanyaan dari masing-masing paslon dalam debat itu belum bisa dianggap inovatif.

“Inovasi yang diharapkan dalam konteks pelayanan publik seharusnya lebih dari sekadar penegasan prinsip-prinsip yang sudah dikenal,” tuturnya.

Dia juga menambahkan, meskipun isu yang diangkat dalam debat, inovasi pelayanan publik untuk menyelesaikan persoalan daerah, sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat Kalteng, tetapi paslon-paslon yang ada belum memberikan solusi konkret atau gagasan yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya.

“Klise, ada kesan bahwa semua paslon mengulang pembahasan yang sama tanpa memberikan solusi yang lebih mendalam atau kreatif dalam menyelesaikan masalah yang ada,” tegasnya. rmp/jef