Dinkes Tidak Dilibatkan dalam Program MBG

Suyuti Syamsul Kadinkes Kalteng

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Tengah (Kalteng) dr Suyuti Syamsul mengungkapkan, pihaknya tidak dilibatkan dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, ia menegaskan, Dinkes siap mendukung program itu jika ada permintaan resmi.

“Untuk program MBG Dinkes Kalteng sendiri tidak dilibatkan. Jadi, jika mereka meminta bantuan Dinkes, maka kita akan turunkan tenaga gizi kita yang ada di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Nah, cuma kita juga memang tidak mengetahui, karena setahu saya, Kalteng selama ini belum ada permintaan secara resmi kepada kita untuk terlibat,” ujar Suyuti, Senin (20/1).

Meskipun demikian, kata Suyuti, Dinkes melalui jejaring Puskesmas memiliki program penyedia makanan yang tetap melakukan pemantauan terhadap keamanan pangan di dapur pengelola makanan.

“Tentu saja Dinkes melalui jejaring, dalam hal ini Puskesmas akan bekerja. Puskesmas juga akan melakukan pemantauan secara berkala di dapur. Tetapi, sebetulnya untuk keamanan pangan, itu kewenangan di BPOM bukan di Dinkes Kalteng,” lanjutnya.

Menurutnya, jika dilibatkan, Puskesmas memiliki program khusus yang disebut inspeksi penyedia makanan. Program itu bertujuan untuk membina penyedia makanan, termasuk memastikan kelayakan dapur dari sisi sanitasi.

“Biasanya itu teman-teman Puskesmas yang bekerja. Penyedia makanan itu akan dibina Puskesmas, oleh tenaga gizi maupun tenaga kesehatan lingkungan. Termasuk juga sanitasi dari dapur pengelola, yang juga akan diinspeksi tenaga sanitasi di Puskesmas,” jelasnya.

Terkait kandungan gizi, ia menegaskan, makanan yang diberikan harus memenuhi unsur kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral.

“Secara prinsip dasar, makanan itu harus memenuhi unsur-unsur seperti kalori, protein, lemak, vitamin dan mineral. Misalnya, kalori bisa didapat dari nasi, protein dari ikan, daging, tempe, atau tahu dan vitamin dari sayur serta buah,” katanya.

Ia juga memberikan saran agar biaya penyediaan makanan dilihat secara keseluruhan, bukan berdasarkan harga per porsi.

“Asumsinya kan per porsi atau per anak itu Rp10.000. Kalau satu dapur itu mengelola 3.500 porsi, berarti ada uang sehari Rp35 juta. Dengan jumlah itu, kita bisa membeli bahan makanan dalam skala besar, seperti beras atau ikan. Jadi, jangan lihat dari per porsinya, tapi secara akumulatif,” terangnya.

Lebih lanjut, ia menambahkan, kebutuhan rata-rata anak usia tertentu adalah sekitar 1.500 kalori untuk satu kali makan

“Misalnya, kebutuhan kalori itu 1.500 kalori. Kalau nasi, ikan, dan sayur digabungkan, itu sudah mencukupi. Jadi, prinsipnya, selama kebutuhan kalori, protein, dan unsur gizi lainnya terpenuhi, sudah cukup,” tegasnya.

Ia juga mengatakan, Dinkes Kalteng memastikan siap mendukung program MBG apabila ada permintaan resmi, demi memastikan kesehatan anak-anak tetap terjaga. ldw