BMKG Selidiki Gempa Katingan

PALANGKA RAYA/tabengan.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) masih menyelidiki penyebab gempa bumi di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.

“Di Kabupaten Katingan telah terjadi gempa bumi tektonik yaitu pergeseran lempeng plat tektonik dengan kekuatan 4,2 Scala Richter (SR) tepatnya di 70 km barat laut Palangka Raya dengan kedalaman 5 km,” kata Prakirawan BMKG Tjilik Riwut, Roland saat dikonfirmasi di Palangka Raya, Kamis (12/7).

Saat ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG Pusat, khususnya Pusat Gempa Nasional dan BMKG Balikpapan yang menangani gempa untuk wilayah Kalimantan, terkait gempa yang terjadi pada pukul 13.43 WIB itu.

“Tadi BMKG di Balikpapan sudah mengeluarkan pernyataan. Untuk hasil analisa sementara telah terjadi gempa di Kabupaten Katingan. Ini bisa dibilang bersifat lokal tidak meluas,” katanya.

Meski demikian, pihaknya masih terus melakukan analisa untuk memastikan penyebab gempa yang terjadi di titik 1.87 Lintang Selatan (LS) dan 113.43 Bujur Timut (BT) itu.

“Kita masih menganalisa dan masih belum tahu sejauhmana getaran gempa dirasakan. Namun, informasi terakhir hanya bisa dirasakan di Katingan karena merupakan gempa lokal,” katanya.

Pihaknya pun terus berkoordinasi dengan BMKG Pusat untuk memastikan kejadian gempa bumi yang jarang terjadi di wilayah Kalteng ini.

Saat ini, laman resmi BMKG di bmkg.go.id juga telah mengeluarkan rilis yang menyatakan telah terjadi atau gempa bumi dirasakan di Kabupaten Katingan.

Tak hanya itu, sekitar pukul 17.50 WIB melalui akun tweeternya, BMKG juga telah mengunggah informasi kejadian gempa di Kabupaten Katingan.
Meski demikian, hingga berita ini diturunkan belum ada keterangan tambahan, terkait kejadian tersebut baik dari Pemerintah Kabupaten Katingan maupun pihak BPBD Provinsi Kalteng.

Sementara dari Barito Utara, Kepala BMKG Barut, Juli Budi Kisworo di Muara Teweh, Kamis, menyatakan pihaknya turut memantau aktivitas terjadinya gempa bumi.

BMKG Barut, jelas Juli, memiliki alat deteksi gempa bumi dan tsunami atau Tsunami Early Warning System (TEWS). Alat ini berfungsi untuk membantu BMKG dalam memantau gempa dan tsunami yang terjadi di wilayah Pulau Kalimantan atau khususnya di sekitar laut Sulawesi.

“Alat ini hanya bersifat sensor yang secara otomatis memberikan informasi, kalau terjadi gempa kepada BMKG Pusat,” katanya.

Fakta Gempa Kalimantan
Meski pulau Kalimantan secara umum diketahui selama ini dikenal aman dari gempa dan tsunami, namun fakta mencatat sejarah yang merupakan peristiwa langka telah terjadi di Kalteng, khususnya Muara Teweh.

Kejadian gempa bumi di Kalteng terjadi di Muara Teweh bertepatan dengan Lebaran tahun 2016, BMKG mencatat wilayah Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara dan Buntok, Kabupaten Barito Selatan, terjadi gempa bumi pada Rabu sekitar pukul 14.03 WIB dengan kekuatan 4,5 SR.

“Gempa bumi bertepatan hari Lebaran atau 6 Juli 2016 kemungkinan gempa lokal yang hanya dirasakan penduduk setempat. Titik koordinatnya pada 1,43 Lintang Selatan dan 115,14 Bujur Timur,” kata dia.

Selain itu yang terekam pada Pusat Gempa Regional BMKG Wilayah III Denpasar, Bali pernah dialami pada 5 Juli 1996 sekitar 22.04 WIB atau 23.04 Wita di kawasan PIR Butong Kecamatan Teweh Selatan.

Gempa Tektonik dengan kekuatan 5,5 SR ini berada di pusat gempa 01,14 Lintang Selatan (LS) dan 114,85 Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 33 km (normal) dan intensitas gempa III MMI (Modified Mercalli Intensity) atau berada di daratan sekitar 30 kilometer arah Selatan Kota Muara Teweh.

Gempa yang disebabkan aktifitas sesar/patahan setempat (lokal) bisa diikuti gempa susulan berlangsung sampai dengan 15 hari berikutnya dan kekuatan maupun frekuensinya makin turun.

“Kejadian langka ini dirasakan hampir semua penduduk di Muara Teweh dan sekitarnya, bahkan dilaporkan ada beberapa bangunan yang mengalami retak-retak,” jelas Budi.

Dalam rekaman BMKG Wilayah III Denpasar itu juga tercatat peristiwa lainnya yang dirasakan masyarakat Muara Teweh terjadi gempa 70 km arah barat kota Balikpapan, Kaltim, yang terjadi pada 3 Juli 1998 sekitar pukul 07.36 WIB.

Pada saat itu kekuatan gempa 5.0 Skala Richter dengan kedalaman 33 km pada 114 LS dan 116,28 BT dan getaran gempa terasa III MMI.

Dari sejarah gempa bumi di Indonesia yang terjadi di Kalimantan selain di Muara Teweh dan wilayah Balikpapan (Laut Sulawesi), tercatat tiga kali berturut-turut peristiwa bencana gempa bumi di Tarakan, Kalimantan Utara dan sekitarnya yakni pada 19 April 1923, 13 April 1924 dan 14 Pebruari 1925 dengan kekuatan mencapai VIII skala MMI. ant