PALANGKA RAYA/tabengan.com – Komoditas CPO (crude palm oil) atau minyak sawit mentah dan karet merupakan dua komoditas andalan Kalimantan Tengah untuk diekspor ke luar negeri. Kedua komoditas tersebut diekspor ke berbagai negara di Asia, seperti China dan Jepang. Kepala Dinas Perkebunan Kalteng Rawing Rambang mengungkapkan, produksi karet dalam negeri saat ini sedang dalam kondisi yang bagus. Karet di tingkat petani begitu berlimpah.
Kondisi ini membuat harga komoditas karet semakin turun. “Inilah yang menyebabkan harga karet menjadi semakin murah, karena produksi yang berlimpah. Selain itu juga karet merupakan barang kebutuhan sekunder artinya bukan menjadi kebutuhan pokok yang harus dibeli,” ujarnya kepada Tabengan, baru-baru ini.
Kondisi nilai tukar mata uang rupiah dengan mata uang tujuan ekspor juga mempengaruhi harga kedua komoditas tersebut. Apabila nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor melemah, harga akan menjadi semakin murah. Sederhananya, jika produksi suatu barang menjadi berlebih maka akan membuat harganya menjadi semakin turun. Namun jika produksinya dibatasi dan permintaan akan barang tersebut semakin banyak maka harganya juga akan meningkat.
“Dalam hal ini hukum dasar ekonomi itu berlaku, yakni supply dan demand atau hukum permintaan dan penawaran,” imbuhnya. Salah seorang petani karet asal Kabupaten Barito Timur, Epri, jika saat ini harga karet di kawasan tersebut Rp.6 ribu/Kg. Kondisi semacam ini memaksanya untuk bertani dan mencari uang dengan cara berjualan keliling. “Harga karet di sini (Bartim) Rp6 ribu per kilogramnya. Untuk mensiasatinya saya harus berjualan keliling dan juga bertani dengan bercocok tanam,” tuturnya. m-ybs