SUKAMARA/tabengan.com – Dalam rangka memeriahkan perayaan Idul Adha 1439 H, masyarakat Kabupaten Sukamara kembali melaksanakan tradisi yang sudah turun-temurun, yaitu tradisi lempar air atau tawakan air.
“Tradisi lempar air ini merupakan tradisi turun-temurun dalam perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, di mana pelaksanaannya setiap sore selama tiga atau tujuh hari berturut-turut, tergantung perayaan Lebaran apa,” kata Iqbal, salah seorang masyarakat asli Sukamara, kemarin.
Menurutnya, tradisi lempar air diikuti oleh masyarakat dengan menggunakan perahu atau kelotok yang terus berjalan di sepanjang Sungai Jelai yang dihuni penduduk dengan membawa air yang telah dibungkus dengan plastik kecil untuk dilemparkan kepada peserta lainnya, baik yang berada dikelotok maupun masyarakat yang ada di jamban-jamban sepanjang sungai.
Dan, biasanya air yang digunakan adalah air biasa dan air kesumba atau air yang diwarnai yang sudah dibungkus dengan plastik kecil-kecil. Bungkusan-bungkusan tersebut dilemparkan kepada lawan, seperti perang-perangan.
Dijelaskan, tradisi lempar air yang dilaksanakan oleh masyarakat selama ini tidak memerlukan panitia dan lain sebagainya, karena tradisi ini tidak tahu dari mana awalnya sehingga setiap hari Lebaran masyarakat selalu melaksanakannya tanpa ada yang mengoordinir.
Dikatakan, pada tradisi lempar air yang selalu dilaksanakan, masyarakat yang ikut kebanyakan muda-mudi, sedangkan orang tua hanya ikut nonton baik dari pelabuhan maupun jamban atau pada rumah masyarakat yang dekat dengan lokasi pelaksanaan tradisi tersebut.
“Kami mengharapkan kepada pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata untuk melakukan langkah-langkah agar kegiatan semacam ini dapat dikoordinir agar menjadikan kegiatan tahunan serta diharapkan kegiatan semacam ini dilestarikan, bahkan mungkin bisa dijadikan bagian dari wisata tahunan,” ujar Iqbal. c-gus