Ekobis  

Sinar Mas Gandeng 10 Desa

PALANGKA RAYA/tabengan.com – Sinar Mas Agribusiness and Food, perusahaan agro bisnis global dengan bisnis kelapa sawitnya yang terintegrasi, memperluas cakupan program desa makmur peduli api (DMPA) bagi 10 desa dampingan, di wilayah Kecamatan Seruyan Tengah dan Batu Ampar, Kabupaten Seruyan. Program DMPA tersebut telah diresmian 20 September 2018 lalu, sebagai upaya perusahaan turut mencegah kebakaran hutan, kebun dan lahan (Karhutbunla) di daerah ini dengan melibatkan dan memberdayakan masyarakat setempat.

CEO Perkebunan Sinar Mas Wilayah Kalteng Utara, Willy Agung Adipradhana, didampingi Tim Media Sinar Mas Agribusiness and Food Beni Wijaya, di Palangka Raya, Jumat (28/9) menjelaskan, pengendalian dan pencegahan kebakaran lahan dan hutan (Karhutla) adalah tanggung jawab bersama. “Kita semua memiliki peranan penting dalam melakukan upaya pencegahan kebakaran. Bersama-sama kita harus melindungi dan menjaga tempat dimana kita tinggal, beraktivitas,” ujar Willy.

Sehingga program DMPA ini sebagai upaya dari Sinar Mas Agribusiness and Food untuk mencegah terjadinya Karhutbunla di daerah ini. Program DMPA sudah dilakukan di 22 desa di Jambi, Riau, dan Kalbar. Mengikuti kesuksesan program DMPA di daerah lainnya, pada pertengahan tahun ini program DMPA di Kalteng dilaksanakan di 10 desa dampingan perusahaan.

Ke 10 desa tsersebut, Desa Sandu, Derawa, Batu Menangis, Durian Kait, Sahabu, Wana Tirta, Suka Mulya, Gantung Pangayuh, Tangga Batu dan Teluk Bayur, yang berada di wilayah Kecamatan Seruyan Tengah dan Batu Ampar, Kabupaten Seruyan. Dalam pelaksaan program DMPA tersebut, masyarakat tidak hanya dipersiapkan untuk mencegah Karhutbunla, namun juga diberdayakan melalui program pertanian ekologis terpadu (PET), sehingga diharapkan dapat mengurangi potensi kebaran, masrakat bertani menetap, meningkatkan kesejahteraan petani, dan terwujudnya ketahanan pangan.

Melalui program PET, masyarakat diberi pengetahuan dan pendampingan mengenai cara bertani yang ramah lingkungan tanpa bakar. Dari budidaya tersebut, diharapkan mampu menjadi penghasilan tambahan dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat, serta dapat memenuhi kebutuhan beras bagi pekerja di perusaan tersebut. Sementara untuk program PET tersebut, ujar Willy, ditargetkan mencapai seluas 75 Ha dan untuk percontohan pertama ini akan dilakukan di desa Durian Kait, dengan luas mencapai 18,5 Ha, dengan menggunakan lahan pertanian masyarakat.

Namun pembukaan lahannya, bibit, pupuk, dan pestisidanya akan dibantu. Sementara pengolahan tanahnya, penanaman, pemupukanya, sampai penjualan hasilnya akan dilakukan pendampingan. Progres program PET saat ini sudah dilakukan pembuka lahan. Nanti kita akan undang petani dari Jawa, untuk mempraktekan cara bercocok tanam yang baik kepada masyarakat.

Dalam pelaksaan program PET tersebut, kearifan lokal tetap dipertahankan, namun teknik pertanian ramah lingkuan dan moderan akan dikembangkan. “Ini program kita bersama, sehingga untuk mensukseskan perlu dukungan dari semua pihak. Perusahaan hanya menginisiasi,” katanya. dkw