SAMPIT/tabengan.com – Dalam beberapa hari terakhir kabut asap tebal mulai menyelimuti Kota Sampit. Seperti yang terlihat Jumat (28/9) pagi, kabut asap tebal hampir menyelimuti seluruh wilayah di Kota Sampit. Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit, Nur Setiawan mengungkapkan, jarak pandang terendah saat kabut tebal tersebut sekitar 100 meter.
“Dari pantauan kami, jarak pandang membaik dimulai sekitar pukul 07.00 – 07.30 WIB. Untuk beberapa hari ke depan, potensi kebakaran lahan di Kotim masih cukup tinggi. Untuk musim penghujan, diperkirakan terjadi pada bulan Oktober, namun seminggu ke depan ada potensi hujan yang bersifat lokal,” terang Nur Setiawan, Jumat (28/9).
Untuk titik api, ungkapnya, saat ini tercatat sekitar 52 titik, yang tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur. Saat ini petugas dari Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan terus bergerak untuk memadamkan kebakaran lahan di sejumlah titik di Kotim.
Tebalnya kabut asap membuat pengendara kendaraan bermotor maupun motoris kelotok meningkatkan kewaspadaan. Sejumlah motoris kelotok di Dermaga Habaring Hurung mengungkapkan, belakangan ini kabut asap memang lebih tebal. Namun mereka sudah cukup terbiasa dengan kondisi tersebut.
“Kami lebih hati-hati saat mengemudikan kelotok, agar tidak terjadi kecelakaan air. Kalau pagi cukup banyak penumpang yang menggunakan jasa angkutan kelotok ini, sebagian adalah pelajar yang bersekolah di daerah seberang ataupun sebaliknya,” terang Udin, salah seorang motoris kelotok, Jumat (28/9).
Namun kabut asap di Sungai Mentaya lebih cepat hilang dibandingkan di darat. Sekitar pukul 06.30 WIB, jarak pandang di perairan Sungai Mentaya mulai berangsur normal.
Selain kabut asap tebal, fluktasi perubahan temperatur suhu udara saat ini juga cukup signifikan. Pada saat dini hari hingga subuh, temperatur udara terasa lebih dingin dari biasanya, sedangkan pada tengah hari temperatur udara terasa sangat panas. Menurut catatan BMKG, temperatur udara pada pagi hari berada di kisaran 21 derajat Celcius. Padahal hari biasanya di temperatur udara hanya sekitar 25 derajat Celcius.
Sementara itu untuk jumlah penderita Infeksi Saluran Perpasan Akut (ISPA) masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, khsusnya yang berobat di Puskesmas Baamang II.
Kepala Puskesmas Baamang II, dr Yunita Ristianti mengungkapkan, pada bulan Juli 2018 jumlah penderita ISPA yang berobat mencapai 205 pasien, pada bulan Agustus 97 pasien dan pada bulan September ini 58 pasien. “Untuk bulan September ini pasien meningkat sejak pertengahan bulan, karena pada awal bulan masih terjadi hujan,” tandasnya.
Sehari 515 Hotspot
Selama 24 jam sejak Kamis (27/9) pukul 07.00 WIB hingga Jumat (28/9) WIB, jumlah titik panas (hotspot) di Kalteng tercatat mencapai 515 titik. Terbanyak di Pulang Pisau sebanyak 211 titik, disusul Kapuas 90 titik, Kotawaringin Timur 52 titik, Katingan 50 titik, Barito Selatan 30 titik, dan Seruyan 22 titik.
Sejak 1 Januari hingga 27 September 2018, luas lahan yang terbakar di Kalteng mencapai 5.933,57 hektare (ha). Kebakaran terparah terdapat di Kapuas dengan luas lahan terbakar mencapai 1.730 ha, sementara di Kotim mencapai 763 ha, Sukamara 705 ha, Kobar 595 ha, dan kota Palangka Raya 653 ha. c-arb/m-sms