Tiwah, Adat Istiadat Sekaligus Daya Tarik Wisata Kalteng

PALANGKA RAYA/tabengan.com – Pelaksanaan Tiwah di Kalteng menjadi salah satu kearifan lokal yang terus dipertahankan baik oleh masyarakat maupun pemerintah setempat. Dalam upaya promosi dan meningkatkan gaung dari budaya tersebut berbagai konsep dilaksanakan.

Menurut legislator dari Golkar yang juga Ketua Umum Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan Kalteng Walter S Penyang, rencana dikemasnya upacara adat itu dalam lingkup pariwisata memang sudah lama direncanakan. “Itu memang sudah sejak dulu keinginan untuk pariwisata hanya saja baru sekarang terealisasi,” ujarnya kepada awak media ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (22/11).

Maka dalam setiap pelaksanaan Tiwah, akan menggandeng pihak pemprov melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaannya dalam upaya promosi.

Tidak hanya itu, kegiatan itu juga akan digaungkan hingga level internasional dalam pelaksanaan promosi pariwisata di Kalteng. Bisa dikatakan upacara adat Tiwah yang notabene masuk dalam lingkup keagamaan, bisa menjadi potensi dalam upaya peningkatan pemasukan daerah, melalui sektor wisata tersebut.

Hanya saja, ucap dia, untuk ritual adat dan keagamaan dalam kegiatan tersebut, tidak boleh ada campur tangan dari pihak manapun. Intinya ritual dijaga oleh lembaga, agar tetap sakral dalam pelaksanaan teknisnya. Terkait promosi yang dilaksanakan, mesti lebih gencar untuk dimaksimalkan. “Artinya tinggal kemauan pemerintah daerah, dalam mempromosikannya. Kalau ingin memanfaatkan moment itu dalam upaya pariwisata, ya boleh saja. Asalkan tidak mengganggu ritual sakralnya, dan tetap terjaga dengan baik,” ucap wakil rakyat dari Dapil IV yang meliputi Barsel, Bartim, Barut, dan Murung Raya tersebut.

Optimalisasi promosi pariwisata itu juga akan berdampak positif bagi daerah. Sebut saja meningkatnya hunian hotel, kunjungan wisatawan yang berefek pada ekonomi global, dan sebagainya. Konsepnya bisa juga dengan menggencarkan kerajinan produk-produk khas lokal, yang mengarah pada buah tangan/oleh-oleh bagi pengunjung.

Sebut saja seperti lawung, batik khas Kalteng, hingga kuliner khas lokal yang memberikan cita rasa, bagi para wisatawan baik mancanegara maupun daerah. Terkait itu dirinya juga sudah berkomunikasi dengan dinas terkait, dalam rangka memanfaatkan moment tersebut. drn