PALANGKA RAYA/tabengan.com – Puluhan masyarakat Dayak yang terdiri dari organisasi masyarakat dan relawan turun ke jalan, Senin (7/1) pagi. Mereka bermaksud minta penjelasan Gubernur Kalteng Sugianto Sabran terkait pernyataannya yang hendak menempel kalimat Asmaul Husna di Bandara Tjilik Riwut yang kini dalam tahap penyelesaian pembangunan.
Lokasi pertama, massa turun ke Kantor BMKG Palangka Raya di Jalan Adonis Samad. Di sana, massa dipertemukan dengan Plt Eksekutif GM Angkasa Pura II Cabang Palangka Raya Bandara Tjilik Riwut, Paryono dan Kepala Kesbangpol Provinsi Kalteng Agus Pramono.
Kepada massa, Paryono mengatakan sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan dari wacana tersebut.
“Tentunya segala sesuatu yang meresahkan tidak akan dipasang. Namun, saya dapat kabar dari pemerintah, yang dimaksudkan Gubernur itu di musala, saya rasa umum saja,” ucapnya.
Senada, Kepala Kesbangpol Provinsi Kalteng Agus Pramono menerangkan bahwa yang diinginkan Gubernur di terminal baru Bandara Tjilik Riwut, yakni ornamen Dayak, musik karungut dan tarian Dayak bagi tamu yang datang. Sedangkan pemasangam simbol Asmaul Husna berada di musala.
“Masyarakat tidak perlu risau, kearifan lokal yang ingin ditampilkan beliau,” terangnya.
Usai puas berorasi di Kantor BMKG Palangka Raya, massa kemudian bertolak ke Bundaran Besar. Di sana, massa pun kembali melakukan orasi di depan Rumah Jabatan (Rujab) sambil menunggu kedatangan Gubernur.
Suasana ricuh sempat terjadi, ketika massa melihat ada salah satu ormas berada di halaman Rujab Gubernur. Massa pun meminta aparat kepolisian yang berjaga untuk mengeluarkan mereka.
Koordinator Aksi Bambang Irawan mengatakan pihaknya mendapatkan video kunjungan kerja Gubernur ke terminal baru Bandara Tjilik Riwut dan video tersebut tidak terbantahkan.
“Jangan kembali melakukan kebohongan. Akui kesalahan dan mari berdampingan,” ucap Bambang yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Forum Pemuda Dayak (Fordayak) Kalimantan Tengah.
Disebutkan, pihaknya menolak keras suatu simbol suatu golongan, terlebih jika dipasang di fasilitas umum.
“Kita berharap Gubernur bisa menyikapi ini, fasilitas umum untuk semua golongan. Untuk itu, kita memberi waktu 3 hari untuk Gubernur bisa menjawab dan mengklarifikasi pernyataannya secara umum ke media. Apabila tidak, maka akan menurunkan massa yang lebih besar,” tegasnya.
Usulan Pemprov
Terminal baru Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya rencananya diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo pada Februari 2019. Pemprov Kalteng mengajukan sejumlah usulan demi memberikan penampilan yang lebih menonjolkan ciri khas Kalteng. Usulan tersebut secara langsung dikomunikasikan dengan Kepala Bandara dalam rapat yang digelar, 4 Januari lalu.
Belum usulan tersebut ditandatangani, muncul polemik yang menyatakan bahwa Gubernur Kalteng Sugianto Sabran meminta adanya lafaz Asmaul Husna di terminal baru Bandara Tjilik Riwut, yang akhirnya memicu terjadinya aksi damai yang digalang oleh Fordayak Kalteng.
Kepala Dinas Komunikasi Informatikan Persandian dan Statistik (Diskominfosatik) Kalteng Herson Barthel Aden didampingi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kalteng Baru I Sangkai, dan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kalteng Agus Pramono, menggelar jumpa pers untuk menjelaskan apa yang dipolemikkan.
“Lafaz Asmaul Husna disampaikan Gubernur secara lisan, saat meninjau terminal baru Bandara Tjilik Riwut yang peletakannya di musala bandara. Persepsi yang salah dari sebuah media daring, membuat munculnya polemik itu. Padahal, keinginan Gubernur bukan di gerbang bandara, melainkan pada musala bandara. Tujuannya, saat ada saudara muslim yang melihat tulisan tersebut terpanggil untuk beribadah,” kata Herson, dalam jumpa pers di Palangka Raya, Senin.
Sementara berkenaan dengan usulan yang menjadi permintaan Pemerintah Kalteng untuk dapat ditindaklanjuti di terminal baru itu, menghasilkan 8 poin. Rapat tersebut dihadiri langsung oleh pihak Angkasa Pura, dan otoritas Bandara Tjilik Riwut. Berikut poin-poin yang menjadi usulan dari pemerintah Kalteng.
1. Terpasang foto Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng pada bagian dalam maupun di luar gedung.
2. Tersedianya foto dan riwayat berdirinya Kalteng oleh Gubernur pertama Tjilik Riwut.
3. Pemasangan videowall dan videotrone, baik di terminal kedatangan maupun di terminal keberangkatan.
4. Tersedianya toko/ruang untuk promosi khas-khas daerah Kalteng yang dikelola oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), Koperasi dan UMKM Kalteng.
5. Tersedianya informasi yang di kiri dan kanannya ada putri putri Dayak sebagai penerima tamu pada terminal kedatangan.
6. Disediakannya toilet ramah difabel
7. Bagian dalam gedung terpasang foto orang utan sebagai promosi daerah wisata Kalteng, baik di Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), dan Taman Nasional Sebangau (TNS).
8. Tersedianya tempat untuk penampilan musik karungut Kalteng. fwa/ded