Ankara/tabengan.com – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa mengecam pernyataan Penasehat Keamanan Nasional AS John Bolton baru-baru ini bahwa Turki “membidik orang Kurdi” di Suriah.
“Tidak mungkin untuk menerima pesan yang diberikan oleh Bapak Bolton di Israel,” kata Erdogan kepada kelompok anggota Parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AK).
“Pernyataan bahwa Turki membidik orang Kurdi di Suriah hina, buruk, kotor, dan fitnah,” kata Erdogan.
Pada Ahad (6/1), Bolton mengatakan AS takkan menarik tentaranya dari bagian timur-laut Suriah sampai Pemerintah Turki menjamin Turki “takkan menyerang petempur Kurdi”. Ia merujuk kepada kelompok gerilyawan YPG/PKK.
Dalam aksinya selama 30-tahun, PKK telah menewaskan sebanyak 40.000 orang, termasuk perempuan dan anak kecil. YPG adalah cabang PKK di Suriah.
Turki telah menyatakan negara itu merencanakan satu operasi kontra-teror ke dalam wilayah Suriah dengan sasaran petempur YPG/PKK, setelah dua operasi yang berhasil sejak 2016.
Pada Ahad, Juru Bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin, yang juga mengecam pernyataan Bolton, mencap pernyataan Bolton sebagai “tidak masuk akal”, sebagai Turki memerangi petempur PKK/PYD/YPG dan Da’esh.
Erdogan, sebagaimana dilaporan Kantor Berita Anadolu –yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam, mengatakan Turki bertekad untuk menghapuskan “koridor teror” di Suriah Utara. Ia menambahkan Turki tidak membuat perbedaan antara kelompok teror.
“Buat Turki, tak ada perbedaan antara PKK, YPG, PYD atau Da’esh,” kata Presiden Turki tersebut.
Ia mengatakan persiapan Turki untuk menghapuskan Da’esh di Suriah Utara “bersama dengan organisasi teror lain sedang berlangsung”.
“Dalam waktu sangat dekat, kami akan bertindak untuk menetralkan kelompok teror di Suriah. Dan kami akan menyerang kelompok teror lain yang mungkin berusaha menghalangi kami melakukan ini,” tambah Erdogan.
Ia mengatakan Turki sejak dulu selama menghormati sekutunya, dan menambahkan negaranya mengharapkan sikap yang sama dari sekutunya.
Erdogan juga mengatakan petempur PKK juga telah hadir dalam protes Rompi Kuning, yang berlangsung di Prancis.
“Ada anggota PKK di kalangan pemrotes Rompi Kuning di Prancis. Saya bertanya-tanya apakah mereka telah menyelidiki itu?” kata Presiden Turki tersebut.
Protes Rompi Kuning, yang dimulai sebagai reaksi atas kenaikan pajak bahan bakar dan berkembang menjadi protes terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron, telah berlanjut kendati pemerintah menyerukan agar protes itu dihentikan.
Sejak 17 November, ribuan pemrotes yang mengenakan rompi kuning –sehingga dijuluki protes Rompi Kuning– telah berkumpul di berbagai kota besar utama Prancis, termasuk Ibu Kotanya, paris, untuk memprotes tindakan kontroversial Macron untuk menaikkan pajak bahan bakar dan situasi ekonomi yang bertambah buruk.
Demosntran menggelar protes dengan menghalangi jalan dan lalu-lintas, dan juga menghalangi jalan masuk dan ke luar ke banyak stasiun pompa bensin dan pabrik di seluruh negeri tersebut.
Pemrotes, yang biasanya tinggal di daerah pinggir kota akibat tingginya harga sewa tempat tinggal di kota besar, telah menyeru Macron agar memangkas pajak bahan bakar dan meringankan kesulitan ekonomi mereka.
Di bawah tekanan akibat protes itu, Macron mengumumkan kenaikan upah minimum dan juga membatalkan kenaikan pajak bahan bakar –yang kontroversial tersebut.
Sedikitnya 10 orang tewas dan lebih dari seribu orang cedera akibat protes itu.