LAGOS/tabengan.com – Oriola Oluwaseyi (32). Menelusuri jalan yang ramai di Ajegunle, dia merupakan angggota komunitas berpenghasilan rendah di pusat komersial Nigeria, Lagos. Para ibu di Nigeria menelusuri jalan-jalan untuk mengumpulkan sampah botol dari toko eceran.
Pada malamnya, Oluwaseyi akan memberikan hasilnya di sekolah internasional Moritz, di mana anak perempuan bersekolah di sana dan duduk di bangku SD. Hasil pengumpulan sampah botol tersebut akan digunakan untuk membayar uang sekolah anaknya.
Oluwaseyi sehari-hari bekerja sebagai penjual oli untuk mesin mobil di pasar Ajegunle. Oleh karena itu dia tidak mempunyai uang yang cukup untuk membayar uang sekolah anaknya sebesar 18.000 naira (sekitar Rp700.000 tiap tahunnya.
“Terkadang kita khawatir ketika semester baru sudah mau mulai karena kita tidak memiliki banyak uang, ditambah lagi kesibukannya di rumah,” kata Oluwaseyi kepada CNN.
Namun, berkat kerja sama yang berkelanjutan dari lembaga swadaya masyarakat yang bernama Africa Cleanup Initiative (ACI), putri Oluwaseyi dapat bersekolah di sekolah internasional Moritz dengan cara mengumpulkan sampah plastik atau yang sering di sebut PET sebagai pengganti uang sekolah putrinya. PET adalah plastik yang terbuat dari polietilen tereftalat.
Oluwaseyi mengunjungi sekolah putrinya dua kali selama 1 bulan, dengan tas yang berisi sampah plastik daur ulang yang sudah dipilah. Setiap 200 kg plastik botol daur ulang dihargai dengan 7,500 naira (Rp294.000). Namun nominal tersebut dipotong lagi untuk biaya sekolah putrinya, sehingga dia hanya mendapat 4.000 naira (Rp154.000).
“Putri saya memperkenalkan program ini ke saya tahun lalu, dan saya langsung mengikuti program tersebut karena saya tahu dengan adanya program tersebut beban ekonomi saya akan berkurang,” katanya.o-zon