PALANGKA RAYA/tabengan.com – Dampak peralihan musim hujan menuju kemarau, sudah mulai terasa di Kota Palangka Raya. Dalam sepekan terakhir, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palangka Raya mencatat sudah 11 kali terjadi kebakaran lahan yang tersebar di beberapa titik di wilayah Kota Cantik.
Plt Kepala BPBD Palangka Raya Supriyanto menyebutkan dari jumlah kebakaran lahan itu, paling banyak terjadi pada area lahan di wilayah Kelurahan Bukit Tunggal, Kecamatan Jekan Raya.
“Sudah ada 2 orang yang diamankan oleh pihak kepolisian karena diduga sebagai pelaku pembakaran lahan,” kata Supriyanto kepada Tabengan, Selasa (2/7).
Dengan ditangkapnya pelaku pembakar lahan ini, lanjut Supriyanto, setidaknya bisa menimbulkan efek jera dan bisa diketahui oleh masyarakat, sehingga mereka tidak membakar lahan. Terlebih, meningkatnya potensi kerawanan kebakaran lahan tidak lain dikarenakan Palangka Raya sudah mulai memasuki musim kemarau. Lahan dan rumput menjadi kering, sehingga sangat mudah terbakar.
Menurut Supriyanto, Kelurahan Kalampangan hingga Jalan Mahar merupakan wilayah paling rawan terjadi kebakaran lahan. Karena itu, 2 wilayah tersebut wajib didirikan pos pantau. Seperti di wilayah Kalampangan, sudah didirikan pos pantau oleh Komunitas Radio Antar-Penduduk Indonesia (RAPI). Sementara wilayah lingkar luar seperti di Jalan Mahir Mahar belum ada, sehingga harus segera didirikan.
“Untuk pantauan di area Jalan Mahir Mahar mungkin bisa didirikan di Km 11 Jalan Tjilik Riwut,” tambahnya.
Ditegaskannya, keberadaan pos pantau sangat diperlukan untuk mendukung Posko Karhutla Kota Palangka Raya yang terletak di Jalan Badak, Kelurahan Bukit Tunggal. Dengan adanya pos pantau, maka tim Satgas dengan cepat mendapatkan laporan adanya karhutla selama musim kemarau.
“Wilayah Palangka Raya ini sangat luas. Semua merupakan lahan gambut. Jadi rawan terbakar, sehingga perlu pengawasan melalui pos pantau,” tutupnya. rgb