Tabengan.com – Berbagai macam tradisi budaya yang dimiliki oleh Kalimantan Tengah khususnya di Kabupaten Kotawaringin Timur. Salah satunya yakni mandi safar. Tradisi mandi safar yang dilakukan di bulan safar ini biasa dilakukan dan dipusatkan di sungai mentaya atau di dermaga pelabuhan habaring hurung.
Ratusan warga yang kebanyakan datang dari tiga kecamatan, yakni Mentawa Baru Ketapang, Baamang juga Seranau itu terpusat di kawasan itu, ada yang hanya menonton ada pula yang sengaja datang untuk mengikuti mandi safar. Konon mandi safar yang dilakukan dapat membuang sial atau menolak bala pada diri seseorang, dan untuk perempuan yang masih bujangan dipercaya dengan mengikuti mandi safar maka akan segera mendapatkan jodoh.
Selain itu, yang khas dari tradisi ini yakni setiap warga yang menceburkan diri di sungai mentaya terlebih dahulu harus menggunakan daun sawang yang sudah dirajah dan kemudian disematkan di kepala agar warga tersebut tidak mendapatkan bala di air pada hari itu.
Tak hanya bercebur, sejumlah warga pun memanfaatkan kelotok-kelotok yang ada untuk melakukan susur sungai di kawasan itu. Pelaksanaan event budaya mandi safar kali ini dikemas dengan lebih meriah.
Dipusatkan di ikon jelawat Sampit berbagai macam perlombaan dilaksanakan seperti lomba merangkai janur, lomba merajah daun sawang, lomba mewarnai dan lomba menggambar.
Hadir dalam kegiatan itu Bupati Kotim H Supian Hadi beserta FOPD lainnya, Kepala Disbudpar Kalteng Guntur Talajan, Kepala Disbudpar Kotim Fajrurrahman.
H Supian Hadi yang membuka kegiatan itu memaparkan bahwa kegiatan mandi safar merupakan salah satu tradisi budaya milik kotim yang patut dilestarikan juga dipelihara dengan baik. Menurutnya tradisi yang bernuansa agamis itu dapat mengundang dan menarik wisatawan baik lokal maupun asing.
“Ini aset wisataKotim,saya yakin bisa kita jual agar para wisatawan asing pun dapat mengunjungi Kotim,” tuturnya.
Selain mandi safar, menurutnya ada pula bazar jajanan makanan tradisional yang disuguhkan saat itu. Hal itu pun kata Supian merupakan daya tarik Kotim sebagai Kabupaten dengan penduduknya yang majemuk.
Mandi safar adalah tradisi lama yang hingga kini masih dilestarikan masyarakat Kotim. Tradisi ini dilaksanakan tiap hari Rabu terakhir di bulan Safar yakni dengan mandi bercebur ke Sungai Mentaya. Mandi dengan bercebur ke sungai mengandung filosofi membersihkan diri dari hal-hal negatif sehingga diharapkan bisa terhindar dari bala bencana.c-may