Ekobis  

Ayam Picu Inflasi di Palangka Raya

PALANGKA RAYA/tabengan.com – Selama November 2019, inflasi Kota Palangka Raya sebesar 0,46 persen. Inflasi di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah ini dipicu oleh pengaruh harga komoditas daging ayam ras yang cukup tinggi.

“Untuk Kota Palangka Raya mengalami kenaikan indeks harga dari 133,96 persen pada Oktober 2019 menjadi 134,58 persen November 2019 ini. Memang pemicu yang paling dominan ada di daging ayam ras sebesar 0,24 persen,” ucap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng Yomin Tofri, Senin (2/12).

Yomin mengatakan, sepanjang November 2019 andil komponen harga yang bergejolak menjadi faktor pendorong utama terjadi inflasi di Kota Palangka Raya. Selain daging ayam ras, tingkat harga beberapa jenis ikan tawar yang bervariasi ikut berkontribusi terhadap inflasi.

“Komoditas ikan air tawar, seperti ikan gabus, ikan nila serta ikan baung. Memang selain ayam, ikan gabus memiliki andil kedua terbesar di angka 0,24 persen,” jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, inflasi yang terjadi pada bulan ini lebih dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada komponen harga bergejolak yang cukup kuat sebesar 0,41 persen. Begitu pula dengan komoditas komponen yang diatur pemerintah sebesar 0,19 persen.

“Selama tiga bulan terakhir, sebagian besar harga komoditas dan jasa di tingkat eceran relatif berfluktuasi sepanjang tahun. Rata-rata inflasi lebih tinggi dibanding 2018. Untuk di Palangka raya sendiri rata-rata inflasi lebih tinggi dibanding di Sampit,” bebernya.

Di sisi lain, lanjutnya, tarif jasa angkutan udara memiliki kontribusi besar terhadap potensi terjadinya deflasi di Kota Palangka Raya sebesar 0,19 persen.

“Angkutan udara, kacang panjang, ketimun dan bayam merupakan komoditas yang punya andil terjadi potensi deflasi,” ujarnya.

Yomin menambahkan, tingkat inflasi Kota Palangka Raya menempati urutan ke-4 dari 9 kota di Kalimantan.

“Indeks harga Kota Palangka Raya merupakan yang paling rendah dibanding Pontianak dan Tarakan. Sementara itu, laju inflasi kalender cukup tinggi terjadi di Banjarmasin (3,56 persen) dan Pontianak (2,23 persen),” katanya. sda