PULANG PISAU/tabengan.com – Kematian Yovanka Windy Marchaniela (7), warga Desa Anjir Pulang Pisau Km 11, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, menjadi perhatian berbagai pihak. Pasalnya, anak perempuan tersebut diduga terserang virus Javanese Encephalitis (JE), penyakit radang otak yang diakibatkan nyamuk Culex.
Vanka mengalami sakit ini bersamaan dengan adiknya Rivano (4) yang masih duduk di kelas 1 SD. Kedua kakak beradik itu secara bersamaan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pulang Pisau, karena mengalami demam cukup tinggi disertai kejang-kejang. Namun, sang kakak, Vanka mengembuskan napas karena tak kuat menahan sakit yang diderita.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pulang Pisau dr Muliyanto Budihadjo yang juga Plt Direktur RSUD Pulang Pisau, Senin (20/1), membenarkan peristiwa meninggalnya seorang anak perempuan karena virus.
Menurut Muliyanto, awal dirujuknya Vanka diduga karena demam berdarah dengue (DBD). Antigen non struktural-1 (NS1) Dengue, Vanka dinyatakan positif, tetapi menurutnya NS1 itu karena virus.
“Nah, virus itu kan banyak, termasuk virus Encephalitis itu,” terang Muliyanto kepada awak media.
Jika dilihat dari DBD, jelas Muliyanto, di hari pertama sudah masuk ke syok, dan itu dinyatakan panas. Setelah itu dikonfirmasi trombositnya hampir 200.000 dan dilihat dari hasil lainnya juga dinyatakan baik.
“Setelah melihat hasil itu, kita bersama teman-teman bisa mendiagnosa bahwa itu pasti bukan DBD,” bebernya didampingi Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pulang Pisau dr Pande.
Setelah dicek beberapa lama, jelas dia, kondisi anak itu mengalami panas dan dingin. Sebab, virus itu tidak berapa tinggi untuk panas awalnya, dan bisa saja waktu itu seperti orang sakit biasa dan pilek. Sedangkan untuk DBD tidak mungkin lebih dari seminggu. Jika lebih dari seminggu, itu pasti bukan DBD.
“Sedangkan jika virus JE, maka dia bisa sudah sampai ke otak dan bahkan susah sekali sembuhnya. Nah, untuk mengetahui itu justru kita harus lebih cepat, dan jangan sampai lambat. Jika dia sudah masuk otak, maka antibiotik dan anti virus yang harus diberikan,” terangnya.
Ditegaskan Muliyanto, pada saat pihaknya melihat pasien tersebut sudah bukan awal panasnya dan bukan hari pertama. Setelah itu dia tidak sadar, dan akhirnya meninggal dunia.
Terpisah, Sugianor, saudara ipar dari kedua orang tua Vanka dan Rivano tidak mau banyak berkomentar. Pihaknya hanya mengharapkan agar pihak terkait dapat melakukan tindakan pencegahan. Sebab, kata Sugianur, hal ini merupakan kejadian yang perlu menjadi perhatian semua pihak.
Sementara melalui akun pribadinya, ibunda Vanka menuliskan kalimat yang sangat menyayat hati. Di akun bernama @Wiwik yang diposting saat berada di RSUD Dr Moch Ansari Saleh, dia mengungkapkan kesedihan hatinya.
“Kenapa hanya sekejap dia kau titipkan. Tak layakkah aku menjaga amanahmu. Akan selalu kurindu celotehmu, canda ceriamu. Penyesalan terbesarku tak bisa memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk membahagiakanmu. Ampuni aku nak, karena belum bisa menjadi ibu yang baik. Surga untukmu bidadariku, sebagian nyawa ibu pergi bersamamu, ibu sayang kamu nak Yovanka Windy Mrchaniela,” ungkap ibunda Vanka. c-mye