Sikap Seorang Muslim Menghadapi Wabah Coronaa

KHOTBAH JUMAT

Oleh: Dr Abdul Aziz ar-Rays Hafizhahullah
Sesungguhnya Allah menciptakan kita untuk sebuah tujuan besar, yaitu beribadah kepada-Nya. Dengan mengerjakan hal-hal yang diwajibkan dan disunnatkan, serta meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan makruh. Jika lalai dari mengerjakan hikmah ini, kita ditimpa ujian berupa hal-hal yang menyusahkan dan memudaratkan. Tujuannya agar kita kembali dan mengingat tujuan kita diciptakan. Dan, kita kembali menempuh jalan yang lurus.

Allah Ta’ala berfirman, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan, hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Quran Al-Anbiya: 35).

Kemudian firman-Nya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Quran Al-Baqarah: 155-157).

Pada hari ini, kita diuji dengan wabah Corona. Masyarakat sedunia ini merasakan dampaknya. Virus ini tidak hanya memudaratkan tapi juga menewaskan banyak orang. Menular dengan begitu cepatnya. Virusnya tak terlihat, sehingga mengakibatkan banyak nyawa melayang.

Di antara sikap kita dalam menghadapi wabah ini adalah, pertama, kita yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa musibah itu datang dikarenakan dosa. Dan tidak akan hilang kecuali dengan taubat. Kembali kepada Allah adalah obat yang paling ampuh.

Kedua, melakukan usaha nyata untuk mencari kesembuhan. Hal ini bisa kita ketahui dengan bertanya dan mendapatkan informasi dari tenaga medis. Demikian juga menjauhi orang-orang yang terinfeksi.

Terkait hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Dan larilah dari penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa. (HR. Bukhari).

Ketiga, tidak sepantasnya orang yang beriman takut dengan penyakit ini. Sehingga menyebabkan dia berputus asa. Karena Allah Ta’ala telah menetapkan segala sesuatu dengan kadar hikmah yang tepat. Dia telah menakdirkan segala sesuatu 50.000 tahun sebelum langit dan bumi diciptakan.

Keempat, siapa yang menderita penyakit karena terserang virus ini. Lalu dia bersabar dan berharap pahala, maka baginya pahala syahid. ist/akm