Pelaku Wisata Sayangkan Land Clearing Rumah Betang Tumbang Gagu

SAYANGKAN - Rumah Betang Tumbang Gagu, ketika dikunjungi wisatawan belum lama ini. ISTIMEWA

PALANGKA RAYA/TABENGAN.COM – Pelaku wisata di Kalimantan Tengah (Kalteng) menyayangkan adanya pembersihan lahan (Land Clearing) di rumah Betang Tumbang Gagu, Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), akibatnya keaslian (Otentik) berkurang bahkan ada sebagian yang hilang.

Salah satu pelaku wisata di Kalteng, Berdodi Martin Samuel menyampaikan, akibat land clearing itu pagar bangunan tersebut hilang dan pohon buah seperti rambutan yang sudah tumbuh di lokasi itu dibersihkan juga. Sebenarnya rumah Betang itu merupakan situs budaya yang sudah ditetapkan oleh balai konservasi cagar budaya di Samarinda, Kalimantan Timur dan memiliki perwakilan di Kalteng yang juga sebagai arkeolog, Gauri Rampai.

“Sangat disayangkan adanya land clearing di sekitar Rumah Betang Tumbang Gagu, pohon buah-buahan keliling Betang itu habis, pagarnya juga dibongkar habis. Yang dijual dalam wisata ini adalah keasliannya, yang tidak ada di tempat lain,” tandas Berdodi, Senin (17/5/2021).

Sebagai pelaku wisata khususnya dari pelaku tour operator, jauh-jauh hari mempersiapkan kekhasan otentiknya dari rumah Betang ini sebagai kunjungan destinasi wisata. Bahkan Betang Tumbang Gagu ini pernah meraih penghargaan Pesona Indonesia untuk kategori destinasi wisata otentik pada 2018.

Dari hasil klarifikasi ke lapangan, ternyata pembersihan lokasi tersebut menggunakan  Anggaran Dana Desa (ADD) oleh kepala desa setempat. Menurut Berdodi seharusnya yang namanya cagar budaya itu dilindungi oleh Undang-Undang tidak boleh di utak-atik, dirubah bentuk dan lain sebagainya tanpa sepengetahuan Balai Konservasi Cagar Budaya.

Selama ini, lanjut Berdodi, kabar Betang Tumbang Gagu ini sudah sangat mendunia, sebagai peninggalan bersejarah karena dibangun tahun 1870, dan salah satu pendirinya bernama Singa Jaya Antang sangat erat kaitannya dengan Temanggung Lawak Sura Jaya Pati di Bukit Rawi karena asalnya sama.

Menurut Berdodi, Rumah Betang Tumbang Gagu sebelumnya pernah dikunjungi banyak wisatawan. Bahkan dirinya pernah beberapa kali membawa turis mancanegara kesana. Kunjungan paling spesial pada 2018 menyewa helikopter datang ke lokasi. Ini menunjukan tempat wisata ini memiliki daya tarik yang sangat luar biasa untuk mereka karena pendukung dari desa wisata ini selain keasliannya, juga aktivitas keseharian orang Dayak yang disitu bisa dijual seperti menyadap karet dan berladang.

Untuk itu, Rumah Betang Tumbang Gagu ini sudah menjadi paket wisata yang dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri. Hilangnya pemandangan (Landskap), maka ditunda dulu kunjungan wisata kesana.

Sementara itu, pengembangan wisata di Kalteng ini fokus pada wisata alam dan minat khusus terutama di Heart Of Borneo (HOB), merupakan program konservasi tiga negara yang diluncurkan 2007, mengkonservasi kawasan hutan di jantung Borneo. Kalteng ini ada enam kabupaten yang masuk didalam program tersebut, Katingan, Seruyan, Gunung Mas, Kapuas, Murung Raya dan Barito Utara.

“Tahun 2017 di pertemuan Heart Of Borneo di Tarakan, sudah dilaunching visit Hearth Of Borneo. Sebenarnya Betang Tumbang Gagu bisa disuit dalam perjalanan orang ke wisata Bukit Rawi. Meskipun letaknya tidak di Katingan tapi berada di pinggir jantung Borneo,” imbuh Berdodi.

Selain Betang Tumbang Gagu, lanjut Berdodi, ada Betang Tumbang Anoi dan betang Korik di Gunung Mas, kemudian ada Betang Konut di Murung Raya menjadi daya tarik wisatawan, namun Betang Tumbang Gagu ini yang masih terjaga keasliannya. Ia menyambut baik perhatian pemerintah yang telah menggelontorkan anggaran untuk merehab rumah Betang Tumbang Gagu, namun ia menyarankan merehab dengan kaidah konservasi, dalam artian tidak merubah bentuk dan bahan yang digunakanpun harus sama. yml