Carut Marut Jalur Palangka Raya-Kuala Kurun

PERHATIAN – Ruas jalan Palangka Raya-Kuala Kurun (Gumas) membutuhkan perhatian khusus petugas maupun instansi terkait, demi tertibnya kelancaran pengguna jalan umum di wilayah ini. Pasalnya, sering terjadi peristiwa antrian kendaraan maupun kecelakaan diruas jalan tersebut. Pengguna kendaraan umum dan fasilitas umumnya, mulai terusik sejak hadirnya kendaraan berat pengangkut hasil SDA, seperti batu bara, sawit dan hasil hutan yang menggunakan jalan provinsi tersebut. ISTIMEWA

PALANGK RAYA/TABENGAN.COMCarut marut jalur transportasi darat yang menghubungkan Kota Palangka Raya-Kuala Kurun (Kabupaten Gunung Mas) masih banyak dikeluhkan sejumlah masyarakat pengguna jalan.

Sejak dikeluhkan salah seorang anggota DPRD Kabupaten Gunung Mas, baru-baru ini, terkait banyaknya truk pengangkut hasil sumber daya alam (SDA) seperti sawit, batu bara dan kayu, yang berseliweran di ruas jalan Kuala Kurun-Palangka Raya, dan mengakibatkan kemacetan saat ada yang terbalik, situasi demikian belumlah berakhir.

Pasalnya, dalam kurun waktu 2-3 hari belakangan ini, kepadatan ruas jalan tersebut ternyata masih juga terlihat terhambat  kelancaran sejumlah kendaraan umum dan masyarakat.  Bahkan, sejumlah kendaraan pembawa fasilitas umum dan bahan bakar minyak (BBM) harus tergelincir, ada yang karena kurang hati-hati, ada juga setelah berpapasan dengan truk pengangkut hasil SDA.

Akibat tergelincirnya sejumlah kendaraan besar di jalur jalan provinsi tersebut, sejumlah pengemudi kendaraan umum sangat mengeluhkan kejadian itu karena harus mengantri. Kelancaran perjalanan mereka jadi terhambat, paling parah di sekitar Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas.

“Mestinya, aparat atau instansi terkait dengan penertiban jalan harus peduli situasi seperti ini. Bahwa, jalur Kuala Kurun-Palangka Raya ini butuh perhatian, agar masyarakat tidak disulitkan dalam perjalanannya,” tegas seorang sopir Hamim warga Palangka Raya, Kamis (20/5) malam.

Antrian yang terjadi jika ada mobil yang tergelincir, katanya, tentu sangat mengganggu pengguna jalan, apalagi tidak adanya petugas yang mengaturnya.

“Kami jadi heran, jalur ini saat masih dilalui kendaraan umum dan pembawa fasilitas umum saja, jarang sekali menjadi carut marut seperti sekarang ini. Masalahnya mulai muncul, karena jalur ini juga mulai digunakan angkutan berat yang membawa hasil SDA, seperti batu bara, sawit dan hasil hutan,” kata Hamim  seraya menambahkan, tidak heran jika kemacetan yang  parah malah bisa membuat bermalam dan menginap dipinggir jalan.

Maraknya truk pengangkut hasil SDA saat ini,  katanya, dikhawatirkan bisa membuat   badan jalan menjadi cepat rusak.  Tentu ini juga akan menambah terganggunya kelancaran perjalanan pengguna jalan umum lainnya.

“Petugas terkait  harusnya memantau dengan sigap dan tegas dalam melihat sikon ini. Jika perlu, ada razia guna menertibkan kendaraan yang bisa saja tidak semua legal melalui jalur ini. Ini tentu harus mendapat perhatian serius guna mencegah juga hal-hal yang tidak kita inginkan bersama terjadi, apalagi hingga memakan korban,” tegasnya.dor