BUDAYA  

Pesona Betang Nganderang Tarung Tingang AE

BETANG- Rektor UPR bersama istri saat berada di Betang Nganderang Tarung Tingang AE, Tumbang Tahai, Tangkiling, Sabtu (9/10). TABENGAN/NOVAN

SEBAGAI GENERASI PENERUS DI TANAH DAYAK, tidak boleh melupakan asal-usul masyarakat asli Suku Dayak. Peninggalan-peninggalan nenek moyang dan leluhur wajib dilestarikan. Itulah latar belakang didirikannya Betang Nganderang Tarung Tingang AE, yang memiliki pesona mengagumkan.

Rumah Betang ini terletak di Tumbang Tahai, Tangkiling, Kota Palangka Raya. Betang Nganderang Tarung Tingang AE berarti suara Burung Tingang. Penamaan rumah khas Suku Dayak tersebut menganut filosofi suara yang berwibawa dan mampu menghadirkan kebaikan.

Pondasi bangunannya terdiri dari bahan yang bersifat kokoh dan solid. Khususnya kayu ulin yang terkenal memiliki daya tahan kuat, bahkan setelah berpuluh-puluh tahun sebagai rangka utama. Sedangkan di bagian dalam Betang terdapat sejumlah ornamen khas Suku Dayak, sehingga nuansa yang ditawarkan sarat dan kental dengan budaya.

“Untuk mengumpulkan bahan-bahan bangunan bisa terbilang cukup sulit, karena berbahan utama kayu ulin yang terkenal daya tahan dan kekuatannya. Bahkan, untuk mengumpulkannya memakan waktu selama 7 tahun sejak 2010 silam dan realisasi pembangunannya baru bisa dimulai 2017,” terang Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia SE MSi saat dibincangi di sela berkumpul bersama keluarga di Tumbang Tahai, Tangkiling, Sabtu (9/10).

Andrie yang juga Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalimantan Tengah menuturkan, kecintaan terhadap adat istiadat dan budaya peninggalan leluhur Suku Dayak, bisa diimplementasikan dengan berbagai cara.

Salah satunya, ujar Andrie, melestarikan kesenian dan permainan tradisional, mempelajari pola hidup masyarakat dan kearifan lokal, hingga menjaga peninggalan bersejarah agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman dan teknologi.

“Kita sebagai generasi penerus di tanah Dayak, tidak boleh melupakan asal usul kita sebagai masyarakat asli Suku Dayak. Termasuk menjadi kewajban kita bersama untuk melestarikan peninggalan-peninggalan nenek moyang dan leluhur yang bisa diimplementasikan dengan berbagai cara,” ucapnya.

Sebagai upaya dalam melestarikan sekaligus bentuk rasa cinta terhadap adat istiadat dan budaya Suku Dayak di Bumi Tambun Bungai, ia pun berinisiatif untuk membangun Betang Nganderang Tarung Tingang AE.

“Sebagai putra asli Kalteng, saya merasa berkewajiban untuk melestarikan adat istiadat dan budaya Suku Dayak. Hal tersebut saya buktikan melalui pembangunan rumah Betang Nganderang Tarung Tingang AE ini sejak 2017 silam, yang saat ini digunakan sebagai sarana untuk berkumpul dengan keluarga di kala menikmati liburan,” ujarnya.

Selain menjadi sarana berkumpul bersama keluarga, Betang Nganderang Tarung Tingang AE ke depannya diharapkan menjadi salah satu lokasi wisata berbasis agrowisata. Hal itu didukung dengan adanya areal perkebunan buah-buahan di seputaran lokasi Betang.

“Harapan saya, ke depannya Betang Nganderang Tarung Tingang ini tidak hanya menjadi tempat berkumpul keluarga, tetapi juga bisa menjadi tempat wisata serta tempat pertemuan yang bersifat formal maupun informal. Mengingat tidak cuma didukung pemandangan yang asri dan indah, tetapi di sini juga terdapat kebun buah dan sayur-sayuran yang bisa dinikmati,” kata Andrie. nvd