Ingat! Kalteng Belum Puncak Penularan Omicron

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng dr Suyuti Syamsul

PALANGKA RAYA- Beberapa provinsi di Indonesia dinyatakan sudah melewati puncak penularan varian Omicron, diiringi dengan melandainya kasus terkonfirmasi positif. Namun di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) masih belum ada tanda-tanda menurunnya kasus penularan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng dr Suyuti Syamsul menyampaikan, masih belum tahu kapan puncak penularannya. Jika melihat varian Delta sebelumnya, pernah terjadi kasus 500-600 sehari dan itu puncaknya, sementara ini kasusnya 100 per hari sehingga belum bisa dikatakan puncak penularannya.
“Kita masih jauhlah, mungkin akhir bulan baru kita lewati, karena sekarang kan konfirmasi harian kita masih di seratusan. Puncak Delta dulu sampai enam ratusan perhari. Kita belum mencapai puncaknya, jadi Kalteng belum sama dengan yang terjadi di daerah lain, sekarang itu tergantung kalau penerapan protokol kesehatannya bagus, vaksinasi dosis II bagus, kemungkinan kita tidak sampai puncak kasus seperti Delta,” kata Suyuti, Selasa (15/2).
Menurut Suyuti, kembali kepada disiplin penerapan prokes di masyarakat, bisa mengatasi penularan, kalau masyarakat tidak menganggap ada masalah lagi maka sulit untuk menekan penularan. Pemerintah tidak mungkin bekerja sendiri. Di sisi lain juga memahami kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit, sehingga kembali mempertimbangkan untuk melakukan pembatasan.
Kemudian selain disiplin menerapkan prokes, vaksinasi juga penting. Bagi masyarakat yang sudah mendapatkan suntikan dosis pertama diminta untuk melakukan suntikan dosis kedua, dan seterusnya sampai mendapatkan Booster. Meskipun tidak menjamin 100 persen seseorang tidak tertular Covid-19, namun paling tidak gejalanya menjadi lebih ringan apabila tertular.
Sementara itu, tren angka kematian di Kalteng karena Omicron jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan varian Delta. Yang meninggal juga bukan karena murni Omicron, tetapi karena penyakit penyerta yang dideritanya. Suyuti menambahkan, dari hasil surveilans mengatakan bahwa Omicron memang sudah ada di Kalteng. Namun, saat ini bagi sektor kesehatan tidak ada pendataan khusus menghitung berapa jumlah kasus karena Omicron, sama seperti Delta tidak ada penghitungan kasus secara khusus.
“Bagi kita kesehatan positif Covid sudah cukup sebetulnya, pemeriksaan genome sequencing untuk tau apakah sudah ada varian Omicron belum, dan kita ketahui bagaimana kecepatan penularan, bagaimana dampaknya, sehingga kita siapkan antisipasinya. Tidak penting lagi sekarang ini membedakan Omicron atau Delta, sehingga kami tidak lagi kirim sampel, sudah kita tahu ada,” kata Suyuti.
Lanjut Suyuti, jadi yang dilakukan saat ini pemeriksaan genome sequencing lebih dalam rangka untuk kepentingan kebijakan kesehatan bukan untuk diagnosa. Misalnya bagi pasien yang saturasi oksigennya 95 persen dan tidak ada komorbid, cukup isolasi di rumah atau terpusat, bagi yang saturasi oksigennya di bawah normal, menjalani perawatan di rumah sakit.
Terkait dengan fasilitas, di Kalteng ini masih ada 1.400 tempat tidur di rumah sakit dan baru terisi 14 persen sehingga situasi masih terkendali. Kemudian isolasi terpusat 1.600 kapasitasnya dan baru terpakai 2 sampai 3 persen, sehingga Kalteng siap untuk menghadapi varian Omicron. yml