BUDAYA  

Tetek Pantan Budaya dan Tradisi Dayak

Wali Kota Palangka Raya Fairid Naparin ketika tetek/potong Pantan.

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Pulau Kalimantan atau lebih sering disebut Borneo memiliki berjuta kekayaan budaya unik dan menarik. Salah satunya adalah tradisi menyambut tamu kehormatan tetek (potong) pantan  yang terdapat di pedalaman suku asli Kalimantan, yakni Suku Dayak.

Dayak merupakan nama penduduk asli pulau Kalimantan yang sampai saat ini masih banyak yang tinggal di pedalaman Kalimantan. Suku asli Dayak mempunyai budaya mariitim atau bahari karena nama mereka banyak mempunyai arti dan berhubungan dengan sungai (karena banyaknya sungai yang terdapat dipedalaman Kalimantan).

Walaupun demikian dibalik itu semua, suku Dayak ternyata memiliki berbagai macam tradisi yang menarik, seperti halnya tradisi penyambutan tamu ala suku Dayak yakni Tetek (Potong) Pantan. Sekilas memang tradisi ini hanya sebuah proses penyambutan tau biasa, akan tetapi kalau anda telusuri lebih mendalam ternyata acara tetek (potong) pantan tersebut sebagai syarat dengan makna kekeluargaan yang sangat kental.

Tradisi tetek pantan atau memotong kayu bulat yang dipasang melintang di gapura, diyakini masyarakat Dayak pedalaman Kalimantan Tengah dapat mengusir setan atau roh jahat yang menempel pada seseorang. Tetek pantan sendiri biasanya dilakukan untuk menyambut tamu kehormatan atau pejabat pemerintahan dan negara.

Semboyan Tamu adalah Raja masih berlaku bagi masyarakat di tempat ini. Mereka akan menyambut tamu dengan meriah, seluruh penduduk desa dari ketua adat hingga anak-anak ikut menyambut dengan ritual adat yang mereka sebut dengan tetek (potong) pantan. Upacara/ritual tetek pantan ini merupakan salah satu upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Ngaju di Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya di Kabupaten Kapuas. Upacara ini dilakukan sejak nenek moyang mereka dan diwariskan kegenerasi selanjutnya hingga sampai sekarang ini.

Tradisi ini melambangkan orang Dayak memiliki prinsip keterbukaan, menerima siapapun yang datang ke wilayahnya asal dengan itikad baik. Dalam upacara ini, seluruh tamu yang datang akan diminta memotong batang bamboo hijau yang dipasang melintang dipintu masuk dengan menggunakan sebilah Mandau (senjata khas masyarakat dayak). Musik tradisional dan nyanyian dengan menggunakan bahasa sangian mengiringi jalannya upacara. Bahasa sangian merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan dunia arwah, sebelum dipersilakan masuk rumah, biasanya antara tamu dan tetua adat pertama-tama akan diajukan pertanyaan, seperti siapa, nama anda, dari mana dan apa tujuan datang kedaerah ini.

Upacara ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang buruk bagi penduduk setempat maupun para tamu. Yang perlu anda ketahui dalam tradisi ini, secara kepercayaan adat setempat, apabila kayu yang dipotong tersebut tanpa halangan, berarti tamu tersebut dapat dditerima dan dilancarkan jalannya saat berkunjung kesana. Begitu pula sebaliknya, apabila tidak berhasil dipotong secara lancar berarti tamu tersebut patut dipertanyakan perihal maksud dan tujuan kedatangan mereka ke tanah suku Dayak tersebut. Selanjutnya acarapun dilanjutkan dengan suguhan tari-tarian yang diiring dengan musik tradisional. Biasanya dalam menyambut tamu, mereka juga memotong hewan qurban sebagai bentuk penghormatan kepada arwah nenek moyang sebagai bentuk penghormatan. Istimewa