PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Tim Penelitian Ilmiah Remaja SMAN 2 Palangka Raya yang terpilih menjadi Finalis World Invention Creativity Olympic (WICO) 2023 di Seoul Korea Selatan, akhirnya dianugerahi Gold Medal (Medali Emas) dalam ajang bergengsi tersebut setelah proses penjurian yang dilakukan oleh juri internasional dalam bidang ini, Budi Santoso, MPd, CHt, Sabtu (29/7).
Tim Penelitian Ilmiah yang mengangkat sebuah Tema Sapuyung Dare, topi ritual Dayak dari hidup sampai mati, menjadi sebuah tim yang menambah deretan penghargaan dan pembuktian bagi dunia Pendidikan Indonesia, khusus SMAN 2 Palangka Raya bahwa dunia para siswa dan siswi kita patut diperhitungkan dalam kancah internasional.
Salah seorang peserta, Calista Donanda Binti mengungkapkan suka citanya atas capaian bersama rekan-rekannya itu. Dari lokasi di Seoul, melalui pesan WhatsApp, kepada Tabengan, siswi kelas X IPS 3 itu mengungkapkan syukur dan terima kasihnya kepada Tuhan dan kepada para guru yang menjadi pembina dan pendamping mereka hingga memperoleh capaian tersebut.
“Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kemurahan-Nya kami dapat berhasil mendapatkan medali emas dalam WICO 2023 di Seoul, Korea Selatan. Terima kasih juga kepada bapak/ibu guru pembina yang telah membimbing kami selalu, juga teman-teman satu tim yang telah berproses bersama,” bebernya.
dikatakan dia, kegiatan ini tentu memberikan pengalaman yang sangat berharga juga kenangan yang tidak terlupakan. Harapannya, di masa depan anak muda dapat selalu haus akan prestasi dan berusaha untuk mencapainya. Selain itu, Calista juga berharap semoga kegiatan-kegiatan positif seperti ini mendapatkan dukungan lebih dari pemerintah dan pihak yang terkait.
“Kami harap dengan adanya penelitian ini dapat memperkenalkan kembali kerajinan anyaman Sapuyung Dare khas suku Dayak di Kalimantan Tengah yang hampir punah kepada generasi muda karena ini merupakan produk dan juga identitas budaya kita,” katanya.
Sintania TT Asang, Pembina dari Tim Penelitian Ilmiah ini, sangat mengapresiasi pencapaian peserta didiknya tersebut. Karena ini hal luar biasa bagi anak-anak meraih gold medal pada penelitian Sapuyung Dare yang mengangkat budaya lokal ke internasional, sehingga semakin dikenal mendunia.
“Terima kasih kepada siswa-siswa yang sudah belajar dan berjuang sampai mendapatkan gold medal ini. Harapan ke depan semakin banyak anak-anak muda yg tertarik pada penelitian budaya ini, khususnya budaya Kalteng,” katanya kepada Tabengan, langsung dari Seoul melalui WhatsApp.
Sebagaimana diketahui Sapuyung Dare adalah budaya kerajinan anyaman bambu suku Dayak yang hampir punah. Pada dasarnya Sapuyung Dare digunakan sebagai topi ritual sepanjang hayat suku Dayak, mulai dari kelahiran hingga kematian. Akan tetapi pada masa kini terjadi degradasi, sehingga minim dokumentasi, bahkan para perajin yang rata-rata lanjut usia.
Padahal Sapuyung Dare sangat kental nilai filsafat hidup suku Dayak. Penelitian ini juga berhasil menemukan pola kekerabatan, bahkan pola asal usul suku bangsa di Asia melalui kerajinan bambu dan juga mendeskripsikan hakikat dan fungsi Sapuyung Dare, bahkan beberapa upaya mempertahankan Sapuyung Dare.
“Jangan sampai salah satu produk budaya ini punah karena suku Dayak akan perlahan kehilangan identitas budayanya,” ujar Guru Pembina Tim Sintania TT Asang yang juga Pengampu Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 2 Palangka Raya. dsn