PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Tidak bisa dipungkiri, bagi Kalimantan Tengah (Kalteng), sosok Agustin Teras Narang pribadi yang sangat dikagumi. Dua periode menjabat sebagai orang nomor 1 di Kalteng, ada begitu banyak pembangunan yang diberikan, bagi masyarakat Kalteng. Tidak saja masalah pembangunan, pengembangan sumber daya manusia (SDM), juga menjadi salah satu isu strategis yang terus dan gencar disuarakan.
Kehadiran Teras Narang, meskipun tidak lagi sebagai Gubernur Kalteng, tetap dinantikan. Pertemuan yang menggembirakan ini terwujud, saat Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Kalteng, menggelar seminar dengan tema Jembatan Kayu. Seminar yang mengangkat kekhasan Kalimantan dalam perspektif arsitektur dan infrastruktur, di mana kayu sebagai material pembangunan infrastruktur berkelanjutan jadi ulasan yang menarik.
Gubernur Kalteng periode 2005-2015 ini bercerita, ini adalah mengenang perjalanan awal, diskusi soal kayu bersama IAI Kalteng pada akhir Januari 2023. Jelang peringatan ulang tahun SMK Perkayuan Mandomai, mendiskusikan soal pembongkaran Jembatan Kayu Mandomai yang ikonik. Terpikir untuk melakukan rekonstruksi ulang, sekalian dengan penataan wilayah.
Bagaimana, lanjut Tokoh Kalteng ini, kawasan yang indah, dan bersejarah ini bisa menjadi hidup dengan kekayaan sosial budaya, arsitektur, dan keindahan panoramanya sebagai destinasi wisata. Mengusung tajuk historic urban landscape atau lanskap kota bersejarah, mendiskusikan soal masa lalu dan masa depan pembangunan.
“Berbicara Jembatan Kayu Mandomai, bagi saya secara pribadi, ini memang merupakan hal yang luar biasa. Almarhum ayah saya lahir dan tumbuh di Desa Mandomai. Suatu kegiatan rutin bagi kami setiap tahunnya, pada masa itu untuk berkunjung dari Banjarmasin ke Mandomai. Biasanya naik kapal dengan jarak tempuh satu hari satu malam. Salah satu kegiatan kalau ke Mandomai adalah berziarah ke makam keluarga yang mesti melewati jembatan kayu ikonik tersebut,” kata Teras Narang, saat bercerita kenangan Jembatan Kayu Mandomai, di hadapan para peserta seminar, Rabu (30/8), di Palangka Raya.
Bapak Pembangunan Kalteng ini menyayangkan pembongkaran kayu oleh pemerintah kabupaten kala itu. Padahal niat untuk mengupayakan rekonstruksi dan penataan wilayah sudah ada. Mendorong ada langkah membuat kawasan ini dapat hidup kembali sebagai destinasi wisata, dan juga wisata arsitektur perkayuan. Terlebih hari ini, dunia tengah kembali pada semangat harmoni dengan alam. Di mana ini memberi ruang kembalinya kayu sebagai bahan material infrastruktur untuk memenuhi unsur keberlanjutan.
Penggagas program Kalteng Harati dan Kalteng Barigas ini berharap, IAI akan dapat memikirkan rekonstruksi keberadaan Jembaatan Kayu Mandomai, lewat seminar yang mengambil tajuk seputar jembatan kayu. Seminar yang akan mendiskusikan banyak hal tentang pemanfaatan kayu sebagai material untuk pembangunan infrastruktur.
Teras Narang menilai, tentu pembangunan jembatan kayu hari ini perlu disesuaikan dengan dukungan teknologi terkini. Ini menunjukkan rekonstruksi bukan hanya bicara soal masa lalu. Kalteng dikenal sebagai penghasil kayu yang luar biasa pada masanya. Kalimantan pun dikenal sebagai paru-paru dunia. Rekonstruksi ini bisa jadi daya tarik arsitektur global dan menghadirkan dampak ekonomi bagi daerah bila dikelola secara terarah.
“Saya juga yakin, bahwa mereka yang pernah mendapatkan manfaat dari kayu Kalimantan saat era Hak Pengusahaan Hutan berlaku, akan memberikan kepedulian. Dengan mengetuk pintu hati mereka, diharapkan ada kolaborasi bersama pemerintah daerah, pemerhati lingkungan, dan IAI untuk mewujudkan kembali rekonstruksi jembatan kayu Mandomai. Sebuah rekonstruksi jembatan kayu yang juga dapat mengangkat kearifan lokal serta kekuatan sejarah arsitektur di masa lalu,” tambah Teras Narang.
Apresiasi dan terima kasih, ungkap Teras Narang, pada Ketua IAI Kalteng, Ristia Herani Dewi, dan jajaran, serta pemerhati Jembatan Kayu Mandomai yang bersemangat memperjuangkan rekonstruksi ini. Sebuah agenda yang juga mengusung tema penataan kawasan Mandomai bertajuk historic urban landscape atau lanskap kota bersejarah ini. ded