PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Perhimpunan Mahasiswa Hindu Universitas Palangka Raya (PMH-UPR) melaksanakan Dharma Santi sebagai rangkaian perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1946. Dharma Santi secara filosofi mengandung arti saling memaafkan antara sesama untuk meraih kedamaian.
Kegiatan, Minggu (7/4) di aula Palangka UPR itu berlangsung meriah, pasalnya selain diisi dengan ibadah juga diisi dengan berbagai tarian yang ditampilkan para peserta yang hadir.
Kegiatan Dharma Santi kali ini mengambil tema “Sat Cit Ananda Untuk Indonesia Jaya” dengan sub tema “Melalui Dharma Santi Universitas Palangka Raya Kita Wujudkan Sat Cit Ananda Dalam Kehidupan Dengan Menumbuhkan Kesadaran Spirit Generasi Muda Untuk Menghadapi Diversitas”.
Kegaitan itu dihadiri Civitas Akademika UPR, Perwakilan Bimas Hindu Kanwil Kemenag Kalimantan Tengah (Kalteng), Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan Provinsi Kalteng, Organisasi Pemuda Hindu se-Kota Palangka Raya serta Unit Kegiatan Mahasiswa di lingkungan UPR.
Pembina PMH UPR Ida Bagus Suryanatha dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Perwakilan Bimas Hindu Kanwil Kemenag Kalteng, serta seluruh tamu undangan yang hadir.
Dikatakan, rangkaian Dharma Santi Nyepi ini sebelumnya telah dilaksanakan beberapa lomba diantaranya Tri Sandya, Kandayu/Kidung Suci, Lagu Rohani, Karungut dan Lomba Make Up yang diikuti oleh peserta pelajar dan mahasiswa Se-kota Palangka Raya.
“Tema yang diusung pada Dharma Santi Nyepi tahun ini memiliki makna kebahagian rohani yang tertinggi di banding dengan kebahagiaan duniawi serta mengajak generasi muda untuk menumbuhkan kesadaran dalam menghadapi diversitas atau keragaman dan bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk Indonesia Jaya,” kata Ida.
Sementara Rektor UPR Prof Salampak yang diwakili Direktur Pasca Sarjana UPR Prof I Nyoman Sudyana dalam sambutannya menyampaikan, ucapan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 kepada seluruh umat Hindu di seluruh Indonesia.
Dikatakan, pelaksanaan Dharma Santi Nyepi ini merupakan rangkaian dari Hari Raya Suci Nyepi yang dimana sebelumnya umat Hindu telah melaksanakan Catur Bratha Penyepian yang terdiri, Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), Amati Geni (tidak menyalakan api), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang) dimana Catur Bratha Penyepian ini bermakna bagi umat Hindu untuk introspeksi, pembersihan diri dan pemulihan.
Kesunyian yang dipraktikkan selama Nyepi melambangkan kontemplasi dan memungkinkan umat Hindu untuk merenungkan kehidupan mereka, menilai perbuatan mereka, dan memulai tahun baru dengan pikiran yang tenang dan hati yang suci.
“Selain itu, Nyepi juga merupakan cara untuk menjaga keseimbangan alam dan hubungan antara manusia dan alam semesta. Dengan menghentikan semua aktivitas manusia, Nyepi memberikan kesempatan bagi alam untuk beristirahat dan pulih dari gangguan yang ditimbulkan oleh kehidupan sehari-hari,” kata Nyoman.
Perayaaan Nyepi kali ini kata dia, bersamaan dengan bulan puasa Ramadan, momentum tersebut mengajarkan bahwa toleransi dan hidup rukun berdampingan antar umat beragama dan sikap saling menghormati dalam menjalankan agama adalah modal besar bangsa indonesia untuk menjadi bangsa yang jaya. ist