*Sekolah Jarak Jauh, Petani Terancam Gagal Panen
PANGKALAN BUN/TABENGAN.CO.ID – Bencana banjir yang menerjang Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat, terus meluas. Hingga Kamis (2/5), sebanyak 2.589 jiwa terdampak banjir yang terjadi di Kecamatan Arut Utara dan Arut Selatan. Bahkan, para petani terancam gagal panen.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat Syahruni menjelaskan, akibat curah hujan tinggi debit Sungai Arut dan Lamandau meningkat, lalu berdampak ke permukiman warga.
“Untuk Kecamatan Arut Utara dari 11 desa/kelurahan, yang saat ini terdampak banjir yakni Kelurahan Pangkut, Nanga Mua, Sukarame, Gandis dan Desa Kerabu. Banjir menerjang Kecamatan Arut Utara sejak tanggal 17 April 2024,” ujar Syahruni kepada Tabengan, Kamis.
Sementara itu di Kecamatan Arut Selatan, lanjutnya, dari 20 desa/kelurahan yang terdampak banjir adalah Kelurahan Baru, Mendawai, Raja Seberang, Desa Kumpai Batu Bawah, Runtu, Umpang dan Desa Tanjung Trantang. Ketinggian air rata-rata 40 hingga 60 cm.
“Untuk dua kecamatan yang terdampak banjir sebanyak 2.589 jiwa. Kami pun terus memantau ke titik-titik rawan banjir, dan terus berkoordinasi dengan desa/kelurahan, jika membutuhkan armada atau perahu untuk mengungsi, maka akan segera kami kirim,” kata Syahruni.
Syahruni menyampaikan, untuk wilayah Arut Selatan sebagian besar banjir terjadi di komplek perumahan, sedangkan di wilayah Desa Tanjung Trantang paling parah sebanyak 385 Kepala Keluarga atau sekitar 1.155 jiwa saat ini hidup di tengah banjir.
“Bahkan areal pertanian di Desa Tanjung Trantang nyaris gagal panen, tanaman sayur mayur seperti tomat, sawi, daun bawang, timun, ubi jalar maupun singkong saat ini kondisinya terendam banjir,” jelas Syahruni.
Banjir Kotim
Sementara itu, bencana banjir yang terjadi di wilayah Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), kini menyebabkan aktivitas belajar mengajar di sekolah ditiadakan.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kotim Muhammad Irfansyah mengatakan, satu SD di wilayah tersebut terpaksa tidak dapat melaksanakan proses belajar mengajar seperti biasanya dikarenakan akses menuju sekolah tersebut terendam banjir.
“Jadi mereka ini tidak diliburkan namun menerapkan program pembelajaran jarak jauh (PJJ) jadi proses belajar mengajar masih tetap berjalan,” ujarnya, Kamis (2/5).
Dijelaskan Irfansyah, tingginya air banjir dan juga melihat kondisi keselamatan para tenaga pendidik dan pelajar membuat mereka memutuskan untuk mengambil keputusan tersebut. Apalagi untuk di Kecamatan Antang Kalang, akses jalan yang banjir tersebut merupakan lembah sehingga tentu sangat berbahaya apabila dilewati.
Bahkan menurutnya, hal serupa juga diberlakukan pada satu sekolah di wilayah perkotaan yang akses jalan menuju sekolah sekaligus sekolahnya juga terendam banjir. Yakni di SDN 3 Sawahan Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Sementara sekolah-sekolah lainnya yang kecamatannya dilanda banjir masih ada yang beraktivitas di sekolah karena tergenang air banjir hanya di bagian halamannya saja. c-uli/c-may