PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Babukung, satu dari banyak ritual sakral yang ada di Indonesia. Babukung adalah ritual tarian pada upacara kematian dalam Agama Kaharingan yang dilaksanakan oleh beberapa rumpun Suku Dayak, khususnya Dayak Tomun, Dayak Ngaju, Dayak Ut Danum dan Suku Dayak lainnya yang masih menganut Agama Kaharingan di Kalimantan Tengah (Kalteng).
Tarian ini menggunakan topeng dengan karakter imajinasi maupun karakter hewan tertentu. Sedangkan para penari disebut Bukung.
Tarian Babukung dilakukan saat mengiringi upacara penguburan, bisa juga sebelum mayat dikubur, maupun saat ada upacara Tiwah. Tarian Bukung sendiri dilakukan dengan diiringi musik khas Suku Dayak.
Babukung yang biasanya hanya tampil di momen sakral, namun pada Pagelaran Bakesah Lewu Itah, Babukung itu tampil memukau dan disaksikan oleh ratusan mata.
Di bawah rintik hujan, di malam hari, tarian Babukung membuat hening para penonton yang hadir. Para Bukung atau penari melakukan tarian sakral itu memakai atribut dari dedaunan dan semak-semak.
Mido Bua (67), salah seorang Bukung yang juga merupakan Koordinator Mantir Kecamatan Telaga Antang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) datang jauh-jauh ke UPT Taman Budaya Palangka Raya untuk menampilkan tarian sakral itu.
“Demi menjaga budaya kami dan sebagai Agama Kaharingan, kami harus menampilkan tarian sakral Babukung ini,” ujarnya kepada awak media, usai menampilkan tari Babukung, Minggu (1/9).
Dalam Agama Kaharingan, almarhum sebelum ke surga atau “Lewu Tatau” tinggal di sebuah Bukit, roh dari Bukung inilah yang dipercaya membantu almarhum, sebelum ke surga atau “Lewu Tatau”, sampai pihak keluarga mendapat tuah rezeki yang besar atau melimpah bisa melaksanakan upacara ritual Tiwah.
“Agama kami Kaharingan, ada tujuh jenis Bukung, Bukung Bakang, Bukung Kambe Rawit, Bukung Kahayan, Bukung Kinyak, Bukung Areng, Bukung Api dan Bukung Jamur,” sebutnya.
Mido menyebut, yang ditampilkan pada pagelaran Bakesah Lewu Itah, ada empat tarian Bukung, di antaranya Bukung Kahayan dipercaya mempunyai roh yang paling suci dan Bukung Kambe Rawit, Bukung terbesar dalam kepercayaan Agama Kaharingan.
“Selain dua itu, Bukung Areng atau Arang juga tampil yang dipercaya sebagai pelindung almarhum dan keempat Bukung Bakang, yang dipercaya sebagai Bukung Tertua,” jelasnya.
Sebab itu, imbuh Mido, Bukung ini sebenarnya tidak bisa ditampilkan secara sembarangan. Bukung ini hanya bisa ditampilkan kalau dari pihak keluarga almarhum yang meninggal dunia, pada saat penguburan atau pemakaman memotong sapi.
“Jadi, tarian Bukung ini juga hanya dilaksanakan bagi keluarga almarhum yang mampu untuk melaksanakannya,” ujarnya.
Dia menambahkan, tarian ini ditampilkan selain menghibur, juga untuk memperkenalkan berbagai keragaman atau kekayaan budaya di Kalteng. rmp