Waspada Paslon Tiba-tiba Berubah Jadi Sangat Dermawan dan Aspiratif, Pilih Pemimpin Jangan karena Isi Tas 

egiat Hukum dan Keadilan Kalimantan Tengah, Parlin B Hutabarat
PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Pegiat Hukum dan Keadilan Kalimantan Tengah, Parlin B Hutabarat mengajak Kalteng bersikap bijak dan objektif dalam menyambut pesta demokrasi 2024 ini.
Masyarakat diminta memilih pemimpin berdasarkan etikabilitas dan intelektualitas.
“Jangan memilih karena semata-mata elektabilitas dan karena isi tas,” katanya, Rabu (18/9).
Seperti diketahui, KPU provinsi Kalteng telah merilis video misi dan program kerja Paslon yang mendaftar sebagai cagub dan cawagub prov Kalteng tahun 2024.
Keempat bapaslon tersebut terdiri dari Abdul Razak-Sri Suwanto, Agustiar Sabran-Edy Pratowo, Nadalsyah-Supian Hadi, dan Willy M Yoseph-Habib Ismail. Sedangkan penetapan paslon akan berlangsung pada 22 September nanti.
“Masyarakat Kalteng sebagai pemegang kekuasaan tertinggi akan memilih pemimpin baru provinsi Kalteng untuk lima tahun kedepan. Terlepas dari soal visi misi dana program yang ditawarkan, situasi demokrasi saat ini masih jauh dari kata ideal,” ungkap pria yang juga bertindak sebagai aktivis tersebut.
Ia menilai, politik identitas masih kental terjadi dalam pilkada, hal ini kemudian diperparah dengan potensi masifnya politik uang yang merasuk pada lapisan masyarakat.
“Karena hal itu, pilkada ini masih jauh dari cita-cita melahirkan pemimpin yang berkualitas, yang mampu menyelesaikan persoalan-persoalan rakyatnya,” jelasnya.
Parlin menuturkan, euforia kegembiraan menyambut pilkada terkadang menciptakan ruang gelap yang dapat memecah belah masyarakat sebagai pemilik suara.
Pro kontra dari berbagai pendukung pun pecah, tidak hanya di dunia nyata, sampai pada dunia Maya dengan penggunaan media sosial.
Ada yang menjelma sebagai lemuja dengan segala kebaikan paslonnya, sampai pun ada yang jadi pembenci.
Telah jadi suatu kebiasaan, menjelang musim pemilu ramai-ramai para calon bicara tentang nasib rakyat bahkan sampai meyakinkan kita semua bahwa para calon berjuang atas nama kesejahteraan rakyat.
Bahkan semua calon pun tiba-tiba berubah menjadi sangat dermawan dan aspiratif. Tapi nyatanya bila sudah menjadi pemimpin, jangankan bicara tentang kesejahteraan rakyat, dikritik pun marah dan tidak terima.
“Makanya saat ini kita tidak perlu terkejut bila nantinya janji-janji di masa kampanye Paslon tidak direalisasikan pada saat kelak jadi pemimpin,” imbuhnya. FWA