PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Sebanyak 30 arwah diikutkan dalam Tiwah Massal yang diikuti 26 keluarga. Ritual itu berlangsung di Jalan Sepan Raya 1, Palangka Raya, Kamis (31/10) pagi.
Meski diguyur hujan dengan intensitas yang cukup lebat pada pagi hari itu, namun para tamu undangan tetap mengikuti ritual kematian tingkat terakhir atau yang dikenal dengan Tiwah dengan khidmat.
Puluhan masyarakat berkumpul untuk menonton prosesi sakral upacara Tiwah, ritual pemindahan tulang-belulang leluhur ke Sandung atau tempat persemayaman khusus.
Tiwah merupakan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dalam kebudayaan suku Dayak. Melalui upacara ini, masyarakat Dayak meyakini dapat membantu roh leluhur mereka menuju alam baka atau Lewu Tatau, sehingga dapat hidup tenang dan tidak mengganggu kehidupan keluarga yang ditinggalkan.
Upacara dimulai dengan ritual doa dan persembahan kepada leluhur, diiringi tarian dan musik tradisional. Para tetua adat mengenakan pakaian khas Dayak, serta membawa berbagai peralatan adat seperti mandau. Beberapa keluarga juga mempersembahkan hewan kurban, seperti babi atau kerbau, yang diyakini sebagai persembahan bagi arwah leluhur.
Salah satu Basir Untung, Fransiskus Widodo mengatakan, persiapan upacara Tiwah ini memakan waktu berbulan-bulan, mulai dari penentuan hari baik, persiapan persembahan, hingga koordinasi dengan keluarga yang turut serta dalam upacara ini.
“Tiwah bukan hanya ritual biasa, ini adalah bentuk penghormatan kami kepada leluhur dan cara kami menjaga keseimbangan hidup antara dunia nyata dan dunia roh,” ujar Fransiskus.
Upacara Tiwah tak hanya menjadi ajang spiritual bagi masyarakat Dayak, tetapi juga menjadi daya tarik budaya bagi wisatawan. Pemerintah juga mendukung penuh pelaksanaan Tiwah, baik dari segi keamanan maupun fasilitas.
Salah satu anggota peserta Tiwah, Mompong Ailas memberikan harapan terhadap kerabat yang ikut serta dama acara tersebut, agar berjalan lancar.
“Ritual ini diharapkan dapat berjalan dengan aman dan damai sampai selesai, sehingga seluruh anggota Tiwah ini suka dan senang hatinya, begitu juga orang tua yang kami antar menuju Tuhan Yang Maha Kuasa lewat upacara Tiwah ini,” ujar Mampong.
Dengan adanya upacara ini, masyarakat berharap generasi muda dapat terus menjaga warisan budaya mereka. Mereka melihat Tiwah bukan hanya sebagai tradisi, tetapi juga pengingat akan identitas dan sejarah panjang leluhur mereka.
Ritual Tiwah menjadi simbol keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan, bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai kekayaan budaya bangsa yang berharga. dte