Hukrim  

389 Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Kalteng

ILUSTRASI
Ketua Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Kalteng Widya Kumala Wati

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kalimantan Tengah (Kalteng) masih tinggi. Menurut data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), Januari hingga Desember 2024, tercatat 389 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Rinciannya, Kotawaringin Barat 63 kasus, Kotawaringin Timur 64 kasus, Kapuas 47 kasus, Barito Selatan 27 kasus, Barito Utara 9 kasus, Barito Timur 5 kasus, Gunung Mas 24 kasus, Katingan 37 kasus, Murung Raya 11 kasus, Lamandau 14 kasus, Pulang Pisau 11 kasus, Seruyan 8 kasus, Sukamara 12 kasus dan Kota Palangka Raya 57 kasus.

Dalam kasus yang seringkali terjadi terhadap perempuan, karena ketergantungan perempuan terhadap ekonomi yang melibatkan laki-laki serta kemiskinan keluarga, perselingkuhan, dan anak tiri. Ini menjadi salah satu faktor utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Adapun kasus kekerasan terhadap anak, disebabkan bullying dan turunnya moral anak di zaman sekarang, seperti persetubuhan anak di bawah umur yang dilakukan oleh kakak tiri maupun ayah tiri hingga pergaulan bebas.

Ketua Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Kalteng Widya Kumala Wati mengatakan, kasus yang sering ditangani Satgas PPA Provinsi Kalteng kasus bullying, persetubuhan anak di bawah umur, KDRT dan penjualan video porno.

“Yang ditangani sepanjang tahun 2024 kasus bullying, KDRT, kemudian persetubuhan di bawah umur terbaru yaitu kasus penjualan video porno yang mana di situ korbannya adalah anak-anak, perempuan muda dan lain sebagainya,” ujar perempuan biasa dengan panggilan Yaya.

Yaya menambahkan, selain kasus jaringan penjualan video porno, kemudian ada juga kasus penipuan via media sosial selama tahun 2024.

Sementara itu sesuai dengan data tahun 2023, kekerasan terhadap anak dan perempuan 294 kasus, di antaranya kasus kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan eksploitasi, trafficking, penelantaran serta kasus kekerasan yang lainnya.

“Seperti kasus persetubuhan anak di bawah umur sering terjadi dilakukan oleh kakak tiri, yang paling banyak saya tangani juga kasus bullying, yang sering diawali karena olok-olokan, kemudian kata yang biasa digunakan saat ini. Kata-kata yang sering digunakan saat ini sudah termasuk bulying verbal itu paling banyak,” ungkapnya.

Adapun turunnya moral anak akibat pergaulan bebas yang tidak terawasi oleh orang tua dapat berdampak terhadap anak, sehingga membuat emosi dan keingintahuan anak akan sesuatu yang negatif selalu menjadi pemicu utama.

“Saat ini anak banyak anak yang kehilangan atitude-nya, jadi siswa di sekolah itu mulai penuruan etika atitude anak terhadap guru di sekolah maupun orang dewasa yang berada di sekolah. Kemudian juga penipuan via media sosial yang menyebabkan seorang perempuan ingin bunuh diri itu juga ada, kemarin kita yang menangani,” ucapnya.

Yaya juga berupaya melakukan langkah-langkah awal dalam menanggulangi kekerasan dan bullying yang kerap terjadi di lingkunan masyarakat.

“Langkah apa saja yang kami lakukan, salah satunya edukasi melalui media elektronik seperti radio, media televisi, dan juga media sosial. Saya terus melakukan edukasi terkait pencegahan perempuan dan anak,” ungkapnya.

Namun, tidak pencegahannya saja, orang tua juga mengajari anak-anaknya ketika di rumah, mengadakan kegiatan yang bertema edukasi seperti kegiatan yang dilakukan di awal November di sekolah dasar, yaitu outbond pendidikan karakter, sehingga kita mengajarkan anak-anak arti disiplin, atitude etika terhadap orang tua, kemudian etika dalam berteman, Sehingga hal tersebut dapat menghindari bullying.

Yaya juga mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat untuk berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial, memantau kegiatan anak apa lagi ketika di luar lingkungan rumah.

“Lebih waspada lagi ketika menggunakan media sosial, kemudian anak-anak lebih dipantau pergaulannya, terutama untuk orang tua selalu memantau anaknya agar bisa membuat anaknya terhidar dari kekerasan,” tutupnya. mak