RSUD Doris Sylvanus Bakal Ditutup 

TABENGAN/LIDIAWATI KETERANGAN- Kepala Dinkes Kalteng sekaligus Plt Direktur RSUD Doris Sylvanus Suyuti Syamsul memberikan keterangan kepada wartawan, Kamis (2/1).

“Rumah Sakit Pemerintah Tidak Dirancang Untuk Mencari Keuntungan, Kalau Rumah Sakit Baru Sudah Beroperasi, Doris Kemungkinan Ditutup”

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID-Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Tengah (Kalteng) sekaligus Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD dr Doris Sylvanus dr Suyuti Syamsul menyampaikan, pentingnya perencanaan matang dalam pembangunan rumah sakit yang lebih efisien dan memenuhi standar pelayanan kesehatan masyarakat.

Terkait rencana pembangunan rumah sakit baru, Suyuti menyebutkan, RSUD Doris Sylvanus kemungkinan akan dialihkan fungsinya.

“Kalau rumah sakit baru sudah beroperasi, Doris kemungkinan ditutup. Tidak mungkin kita mengoperasikan dua rumah sakit di satu kota, karena bebannya terlalu berat,” ujarnya, saat diwawancara, di halaman kantor Gubernur Kalteng, Kamis (2/1).

Menurutnya, rumah sakit pemerintah tidak dirancang untuk mencari keuntungan. “Apa yang dibayar pasien itu hanya untuk menutup biaya produksi. Kalau ada terlalu banyak rumah sakit di satu tempat, efisiensinya rendah,” imbuhnya.

Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi RSUD Doris Sylvanus saat ini, tingginya kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berdampak pada beban biaya pegawai yang besar.

“Pendapatan rumah sakit tidak cukup untuk menutup biaya operasional. Ini karena model yang digunakan sekarang adalah horizontal. Seharusnya vertikal, sehingga efisiensinya lebih baik,” ujarnya.

Ia mencontohkan efisiensi yang dapat dilakukan dengan teknologi canggih. Misalnya pengambilan darah dari pasien. Dengan model vertikal, darah tidak perlu diantar oleh petugas karena teknologi memungkinkan menggunakan tabung pengisap. “Artinya, kita bisa mengurangi SDM yang selama ini hanya mengantar darah,” tambahnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan, model bangunan horizontal membuat penggunaan energi menjadi boros. Karena bangunannya terpisah-pisah, listriknya juga terpisah-pisah.

“Ini membutuhkan banyak biaya. Perlu perencanaan yang matang agar pembangunan fisik lebih efisien dan dapat melayani masyarakat dengan maksimal,” jelasnya. ldw