PENGGANTI RSUD dr DORIS SYLVANUS-Pembangunan RS Baru Pemprov Dimulai 2026

KUNJUNGI- Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran saat mengunjungi rencana lokasi pembangunan rumah sakit baru di Jalan Tjilik Riwut Km 26, Selasa (7/1).ISTIMEWA

PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) H Sugianto Sabran mengunjungi lokasi yang akan dilaksanakan pembangunan rumah sakit baru di kilometer 26, Tangkiling, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Selasa (7/1).

Menurutnya, pembangunan rumah sakit baru akan dimulai 2026 mendatang. Ia mengatakan, pembangunan rumah sakit itu merupakan bagian dari upaya meningkatkan layanan kesehatan bagi masyarakat Kalteng.

“Kita sedang giat-giatnya membangun sumber daya manusia (SDM). Kita punya program kuliah gratis, tetapi hulunya adalah kesehatan. Masyarakat Kalteng harus sehat supaya bisa belajar dengan baik,” jelasnya, saat diwawancara, di kantor Gubernur Kalteng.

Pembangunan rumah sakit itu dijadwalkan dimulai pada 2026 mendatang dan ditargetkan selesai pada pertengahan atau akhir 2027. Dengan adanya rumah sakit tersebut, layanan kesehatan di Kalteng diharapkan semakin merata dan berkualitas.

“Pembangunan dimulai 2026, mudah-mudahan selesai pertengahan atau akhir 2027,” ujarnya.

Sugianto juga menyebut, proyek itu akan berdampak pada pengembangan wilayah, termasuk rencana pelebaran jalan nasional yang mengarah ke daerah Tangkiling.

“Nanti jalan nasional kesana akan kita lebarkan menjadi 272 meter, RSUD dr Doris Sylvanus akan kita relokasikan ke sana,” ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinkes Kalteng sekaligus Plt Direktur RSUD dr Doris Sylvanus dr Suyuti Syamsul menyampaikan terkait rencana pembangunan rumah sakit baru. Suyuti menyebutkan, RSUD Doris Sylvanus kemungkinan akan dialihkan fungsinya.

“Kalau rumah sakit baru sudah beroperasi, Doris kemungkinan ditutup. Tidak mungkin kita mengoperasikan dua rumah sakit di satu kota, karena bebannya terlalu berat,” ujarnya, saat diwawancara, di halaman kantor Gubernur Kalteng, Kamis (2/1) lalu.

Menurutnya, rumah sakit pemerintah tidak dirancang untuk mencari keuntungan. “Apa yang dibayar pasien itu hanya untuk menutup biaya produksi. Kalau ada terlalu banyak rumah sakit di satu tempat, efisiensinya rendah,” imbuhnya.

Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi RSUD Doris Sylvanus saat ini, tingginya kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang berdampak pada beban biaya pegawai yang besar.

“Pendapatan rumah sakit tidak cukup untuk menutup biaya operasional. Ini karena model yang digunakan sekarang adalah horizontal. Seharusnya vertikal, sehingga efisiensinya lebih baik,” ujarnya.

Ia mencontohkan efisiensi yang dapat dilakukan dengan teknologi canggih. Misalnya pengambilan darah dari pasien. Dengan model vertikal, darah tidak perlu diantar oleh petugas karena teknologi memungkinkan menggunakan tabung pengisap. “Artinya, kita bisa mengurangi SDM yang selama ini hanya mengantar darah,” tambahnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan, model bangunan horizontal membuat penggunaan energi menjadi boros. Karena bangunannya terpisah-pisah, listriknya juga terpisah-pisah.

“Ini membutuhkan banyak biaya. Perlu perencanaan yang matang agar pembangunan fisik lebih efisien dan dapat melayani masyarakat dengan maksimal,” jelasnya. ldw