PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Menjelang bulan suci Ramadan ketersediaan stok gas elpiji 3 kg di sub pengecer masih sepenuhnya stabil. Pedagang eceran masih banyak kebingungan dengan peraturan harus memiliki izin dalam menjual gas elpiji bersubsidi.
Madhan, salah satu pedagang eceran di kawasan Jalan G Obos, mengungkapkan beberapa keluhannya dalam ketersediaan stok gas elpiji 3 kg. Seringnya keterlambatan ketersediaan gas 3 kg membuat pedagang menjerit. Sebab, harga yang ditentukan oleh agen atau pangkalan sering naik turun akibat ketidakstabilan stok.
“Itu tabung gas elpiji 3 kg yang dipajang semuanya kosong, yang ada cuma 5,5 kg dan 12 kg saja. Kami diantar sering tidak menentu, tidak terjadwal datangnya. Kalau harga kadang bisa naik, bisa turun, sesuai dari harga agen berapa baru kami menetukan harga,” jelas Madhan saat dibincangi, Selasa (18/2).
Selain itu, jika adanya ketersediaan stok gas elpiji 3 kg seringkali yang membeli orang yang kategori ekonomi mampu, karna saat membeli dengan memborong sampai 10 tabung gas elpiji 3 kg, sehingga orang-orang yang ekonomi rendah tidak dapat stok di eceran.
“Kasihan masyarakat kecil, kalau yang bermobil masih bisa membeli sampai 10 tabung, kalau masyarakat kecil kan terbatas, jadi kadang saya jual hanya 2 tabung yang 3 kg kami bagi lagi biar semua sama-sama dapat,” ujarnya.
Kemudian, saat ini pedagang eceran tidak diperbolehkan menjual gas elpiji 3 kg, dikarenakan harus adanya surat izin dari Sub Agen Pertamina, namun pedagang mengeluhkan, apakah pedagang eceran mendapat langsung gas bersubsidi tanpa melalui agen.
“Sekarang itu kami pengecer tidak diperbolehkan mengecer, harus ada izin katanya, sekarang kalau kami memiliki izin apakah itu kami langsung dapat dari agen Pertamina masuk ke toko kami, tidak melalui pangkalan, dan apa itu akan datang setiap hari,” tegasnya.
Sementara itu, jika ketersedian stok di lapangan selalu tersedia, maka harga pasti akan stabil, namun dengan adanya kelangkaan, terkadang harga disengaja dari yang mengantarkan gas 3 kg bersubsidi turun naik, maka pedagang juga ecerab akan menjual dengan harga yang tidak menetu.
“Jika setiap saat ada ketersediaan pasti harga tidak bermain, sedangkan gas 5,5 kg dan 12 kg stoknya selalu ada pasti harganya stabil, tapi karena elpiji 3 kg kadang kosong kadang ada makanya harga turun naik juga, kami hanya menyesuaikan harga dari agen dan pangkalan dengan menaikan Rp2.000. Dari harga yang ditawarkan,” ujarnya.
Pedagang eceran berharap pemerintah lebih memperhatikan para pengecer yang berjualan secara dipajang. Perlu pengawasan yang lebih ketat terhadap pemain yang menjual di atas dari rata-rata, karena penjual eceran di pinggiran hanya meraup untung rendah dari harga agen, namun pedagang yang membeli secara borongan dan dibawa ke daerah lebih meraup untung dan menjerat masyarakat yang kurang mampu. mak