PALANGKA RAYA/TABENGAN.CO.ID – Psikolog sekaligus Dosen Bimbingan Konseling Islam IAIN Palangka Raya Ari Pamungkas, menekankan pentingnya pendampingan psikologis bagi korban dan pelaku penganiayaan pelajar SMP Hasanka Boarding School yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu. Pendampingan diperlukan kedua belah pihak agar dampak jangka panjang dapat diminimalisir.
“Untuk korban kekerasan atau penganiayaan dalam hal ini dapat mengalami trauma, rasa takut, hingga kecemasan berlebih. Terlebih, jika kekerasan yang dialami korban direkam dan disebarluaskan, hal ini dapat memperparah tekanan psikologis, memicu rasa malu, menurunkan kepercayaan diri, serta meningkatkan risiko perundungan siber,” ujarnya, Rabu (5/3).
Jika tidak mendapatkan pendampingan yang tepat, korban bisa mengalami stres berkepanjangan bahkan berisiko mengalami gangguan psikologis seperti depresi atau Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Karena itu, dukungan dari keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar sangat diperlukan.
“Pendampingan psikologis yang tepat akan membantu korban pulih dan merasa aman kembali,” tambahnya.
Sementara itu, dampak psikologis juga dapat dialami oleh pelaku penganiayaan. Ari menjelaskan bahwa pelaku dapat mengalami perasaan dikucilkan, kehilangan harga diri, hingga kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat di masa depan. Dalam beberapa kasus, mereka bisa mengalami kecemasan atau depresi akibat reaksi negatif dari lingkungan.
“Tindakan kekerasan yang dilakukan pelaku sering kali menunjukkan kurangnya kontrol emosi dan empati. Bisa jadi, ada pengaruh lingkungan atau tekanan sosial yang mendorong tindakan tersebut,” ungkapnya.
Perekaman video oleh teman pelaku juga mengindikasikan adanya normalisasi kekerasan sebagai bentuk eksistensi atau dominasi di kalangan remaja.
Jika tidak diberikan pembinaan yang tepat, pelaku bisa mengembangkan pola pikir bahwa agresi adalah cara yang sah untuk menyelesaikan konflik. Oleh karena itu, menurut Ari, intervensi terhadap pelaku tidak hanya berupa hukuman, tetapi juga harus mencakup pembinaan psikologis.
“Pembinaan psikologis ini penting agar pelaku memahami dampak dari perbuatannya, mengembangkan empati, dan belajar menyelesaikan konflik tanpa kekerasan,” pungkasnya. dte