Harapan Baru bagi Wanita Eks Penghuni Lokalisasi

Tabengan.com – Pada Selasa (15/5), suasana di Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kotawaringin Barat lain dari biasanya. Pasalnya, Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat memulangkan 61 orang wanita eks penghuni lokalisasi di Desa Dukuh Mola dan di Desa Sungai Pakit.

Kepulangan wanita eks penghuni lokalisasi itu sebagai tanda bahwa Pemkab Kobar berkomitmen dengan pernyataannya, Kobar bersih lokalisasi dan prostitusi pada 2018 ini.

Istimewanya, acara pemulangan wanita eks penghuni lokalisasi dihadiri langsung Menteri Sosial Idrus Marham di Pelabuhan Panglima Utar Kumai tersebut.

Disela acara pelepasan, terselip banyak cerita dari para wanita eks penghuni lokalisasi. Pada dasarnya mereka optimistis memiliki harapan baru untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik ke depan.

Roda memang hidup tetap harus berjalan, seperti yang dikatakan Amel (22), wanita eks penghuni lokalisasi di Desa Sungai Pakit.

Amel mengaku sangat bersyukur di tengah Pemerintah gencar membersihkan lokalisasi dan prostitusi, dirinya sejak 8 bulan lalu, telah bertekad meninggalkan pekerjaan haram itu. Bahkan, kini ia menemukan dambaan hati yang siap menerimanya sebagai pendamping hidup.

“Insya Allah mbak, tanggal 25 Juli saya akan menikah. Ada yang mau menikahi saya mbak, dia orang asli Pangkalan Bun. Jadi sekarang saya pulang dulu ke Kota Malang, dan memang sudah lama saya meninggalkan pekerjaan saya sejak bertemu dengan seseorang yang mau menerima saya apa adanya. Alhamdulillah mbak, saya juga ingin hidup yang lebih baik bersama suami saya nanti,” tutur Amel yang sempat hidup menjanda selama 2 tahun.

Beda cerita yang disampaikan Dian (28), janda satu anak yang mengaku masih bingung mau usaha apa dengan modal yang diberikan Pemerintah.

Namun Dian asal kota Blitar, Jawa Timur ini telah berjanji dengan dirinya sendiri untuk tidak kembali ke jalan yang sesat.

“Saya punya satu orang anak mba, namanya Aisya (4). Saya bekerja di tempat yang lama karena terpaksa saja untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga saya. Saya bercerai satu tahun yang lalu,” bebernya.

Dian berangan-angan membuka usaha warung kecil-kecilan, menurutnya, asal bisa dapat penghasilan untuk jajan anaknya.

Dian mengakui bekerja sebagai penghuni lokalisasi baru 3 bulan. Alasan kenapa dirinya tidak mau lagi kembali ke pekerjaan lama tersebut, karena mengakui pernah mendapatkan perlakuan tidak senonoh dari tamunya. Belum lagi jika tamunya sudah dalam keadaan mabuk berat, ia dipaksa mengikuti apa kemauan tamunya itu.

“Kalau saya menolak, bisa-bisa saya tidak dapat uang, padahal saya suka malu pada diri saya sendiri ketika menerima perlakuan tamu terhadap diri saya ini,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Pengalaman pahit pun pernah dialami Musariah (55), wanita asal Peterongan, Semarang, Jawa Tengah. Janda yang memiliki satu orang putri ini mengisahkan kepada Tabengan pengalaman pahit selama bekerja di lokalisasi Sungai Pakit.

“Saya bekerja di Sungai Pakit baru satu tahun.Sebenarnya pekerjaan jadi PSK itu tidak enak mbak, tapi mau bagaimana lagi, kebutuhan yang memaksa saya harus bekerja seperti itu dan sampai hari ini pun anak saya tidak pernah tahu kalau saya bekerja sebagai PSK. Tahunya hanya membuka laundry saja,” aku Musariah.

Menurut Musariah, dirinya membuka usaha laundry karena merasa usia tidak muda lagi, jadi sangat jarang mendapatkan tamu. Paling yang datang itu hanya langganan tetap saja yang merasa puas atas servisnya.

“Paling lama 3 jam lah mbak saya bekerja melayani tamu, saya langsung pulang. Jadi sampai hari ini anak saya ini tidak tahu kalau ibunya bekerja sebagai PSK,” akunya.

Masa lalu memang merupakan suatu bagian dari kehidupan seseorang. Setiap orang pasti memiliki masa lalu, apakah itu buruk ataupun baik.

Dan, masa lalu buruk seringkali menghantui langkah kita untuk melangkah maju demi menggapai kehidupan yang lebih baik. Namun hal itu bisa kita hapus selama kita masih memiliki niat dan semangat tinggi untuk meraih kehidupan yang lebih baik.c-uli