Bahasa Dayak Ngaju Terancam Punah

PALANGKA RAYA/tabengan.com – Berkurangnya penggunaan Bahasa Dayak Ngaju di masyarakat menjadi perhatian Komunitas I Love Kutak Itah, sehingga mereka menggelar Talk Show atau Gelar Wicara dengan membawa judul Mahaga Basa Dayak Ngaju (Menjaga Bahasa Dayak Ngaju) dengan tema meningkatkan kecintaan terhadap Bahasa Dayak Ngaju di tengah arus modernisasi masa kini di Palangka Raya. Sabtu (21/7).

Gelar wicara ini dihadiri oleh siswa-siswi beberapa SMA di Kota Palangka Raya dan komunitas-komunitas yang bergerak di bidang bahasa dan budaya.

Selain itu Sastrawan kelahiran Kapuas, JJ Kusni juga terlihat menghadiri acara tersebut.

“Abbey” Pantar Kurnia, selaku pendiri komunitas I Love Kutak Itah mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah agar bagaimana anak muda bangga memakai Bahasa Dayak Ngaju dalam kehidupan sehari-hari, Hal ini juga berlaku kepada bahasa dayak lain seperti Manyan dan Ot Danum.

“Semua cobalah berbicara dengan bahasa ibu masing-masing ketika berkomunikasi dengan keluarga atau dengan orang yang sama sukunya pada saat itu informal” tuturnya.

“Intinya bagaimana membangun kebanggaan, karena selama ini saya lihat, kebanggaan berbicara dengan bahasa Dayak Ngaju itu sudah sangat berkurang di kalangan anak muda. Hal inilah yang membuat kita membuat komunitas I love Kutak Itah untuk bagaimana membangun kebanggaan itu,” jelasnya.

Dikatakannya, berkurangnya penggunaan Bahasa Dayak Ngaju kemungkinan besar terjadi salah satunya adalah terjadinya perkawinan antar suku, atau orangtua yang sama-sama berdarah Dayak Ngaju tetapi tidak mengajarkan anaknya untuk bangga menggunakan Bahasa Dayak Ngaju di hadapan anak-anaknya.

Selain itu juga karena orangtua yang memiliki kesibukan bekerja sehingga mengambil jalan pintas dengan mangajarkan anaknya Bahasa Indonesia yang lebih cepat ditanggkap oleh anaknya.

“Sejak jaman saya SMA pada tahun 85an, sebenarnya telah terjadi bahwa ketika seorang anak SMA berbicara dengan menggunakan Bahasa Dayak Ngaju itu dianggap kampungan, dianggap udik, dan sangat tidak dianggap remaja masa kini. Dan hal ini terjadi hingga masa sekarang.” Tuturnya.

Abbey mengatakan bahwa ia tidak bisa menampik kenyataan bahwa bahasa yang dikuasai anak remaja adalah Bahasa Banjar. “Karena memang siapa yang memegang kendali ekonomi pada saat itu atau dunia perdagangan. Maka bahasa itu yang akan dipakai. Kebetulan tetangga kita yang dari Provinsi Kalsel, memang profesinya paling banyak dipasar, sehingga mempengaruhi kita juga, karena berbicara sehari-harinya pakai itu.” ungkapnya.

Ia mengakui merubah keadaan sekarang ini bukalah perkara mudah, “saya memulai acara Bahasa Dayak Ngaju sejak 10 tahun yang lalu. Dan perkembangan hingga saat ini masih belum signifikan. Namun dua hingga tiga tahun belakangan melalui sosial media sudah banyak yang menggunakan bahasa Dayak Ngaju saat membuat status,” tutupnya . m-sms