Warni Hanya Ingin Suami Sembuh, Anak Bisa Sekolah

Saya hanya ingin suami saya sembuh dan bisa bekerja lagi agar kehidupan kami membaik dan anak anak pun bisa sekolah.

Keinginan Warni sangat sederhana, mengingat Andre (48), sudah lima tahun ini menderita kelumpuhan. Berkali-kali, ia menangis ketika berbincang-bincang dengan Tabengan, Rabu (25/7).

Andre dan Warni menikah pada tahun 1991 dan dikarunia empat orang anak, Exel (15), Pito (13), Firman (9) dan Muslimah (7). Keempat anaknya, kata Warni, tidak bisa mengecam pendidikan seperti anak-anak seusianya, karena faktor ekonomi itu.

“Bagaimana mau bayar sekolah Mbak, untuk makan saja saya harus bekerja sebagai penjaga kedai pentol goreng. Saya terima upah Rp30 ribu kalau setengah hari, kalau dari pagi sampai malam bisa dibayar Rp65 ribu. Tapi kalau sampai malam kasihan suami saya tidak bisa apa-apa,” kata Warni sambil terisak.

Lebih miris lagi suami istri dan keempat anaknya itu tinggal di gubuk ukuran 3 x 4 meter terbuat dari papan dengan kondisi papan yang sudah rusak. Belum lagi kondisi lingkungan gubuknya kotor dan bau karena tidak ada fasilitas MCK.

“Kalau mau mandi atau buang air saya harus numpang di rumah tetangga yang lumayan jauh. Tempat ini saya sewa sebulan Rp250.000 tanpa air dan kamar mandi. Kalau lambat bayar, listrik dimatikan terpaksa penerangan dengan lilin,” tutur Warni.

Sebelum tinggal di gubuk yang sekarang, kata Warni, dulunya sewa barak sebulannya Rp400 ribu. Tetapi sejak suaminya sakit, sehingga sama pemilik barakan dipindahkan di gubuk yang sekarang ini.

“Suami saya dulunya bekerja di bengkel tapi tiba-tiba sakit lumpuh, itu pun saya tidak berobat karena tidak ada biaya, apalagi BPJS. Tadinya pernah sembuh dan bisa jalan, suami saya jadi pemulung, tetapi hanya sebentar lalu sakit lagi. Sampai saat ini sudah lima tahun suami saya sakit lumpuh dan sulit bicara,” cerita Warni.

Ada keinginan pulang kampung halaman ke Malang, Jawa Timur, kata Warni, tetapi nanti malah bingung usaha apa di sana.

Pecah tangis Warni ketika dia bercerita saat Firman dan Muslimah merengek minta sekolah. “Orang mana sih mbak yang tidak ingin anak-anaknya hidup bahagia, bisa sekolah, bisa punya tempat tinggal yang layak. Tapi mau bagaimana lagi semua sudah garisan yang diberikan Allah SWT kepada kami dan kami pun ikhlas menerimanya. Saya bekerja apa saja yang penting bisa makan, dan saya selalu berdoa semoga suami saya sembuh,” ujarnya.

Mendengar ucapan Warni, sang suami pun terisak isak menangis sambil menutup wajahnya yang kusut dan kucal.

Warni pun sangat bersyukur karena setiap bulan dapat pembagian beras 10 kilogram yang dia ambil dari kelurahan.

Sementara itu di waktu yang sama CDO PT SINP-PBNA Hidayatusyahban dan Ahmad Wahyudi Area External Relations Astra Agro menyambangi kediaman Warni. Dalam kunjungan itu Hidayatusyahban membawa sembako dan peralatan untuk makan.

“Insya Allah nanti kami akan bertemu dengan pemilik rumah ini kami akan bantu pembayaran sewanya. Jika diinginkan akan kami bangun sumur dan kamar mandi, sehingga keluarga ini bisa hidup di lingkungan yang bersih, termasuk memperbaiki papan yang rusak. Kami sangat prihatin dan kami pun terharu dengan kesabaran keluarga bu Warni ini,” ucap Hidayatusyahban. yulia