Tabengan.com – Potret kemiskinan dan rumah tidak layak huni masih terdapat di wilayah perkotaan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Seperti yang dialami Ahmad Wahyudin, warga Jalan Metro TV Gang Pitung, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang.
Ahmad bersama istri dan kedua anaknya hanya mendiami bangunan rumah yang dibangun dari bahan kayu bekas dan berdinding seng bekas.
Sungguh miris. Apabila hujan turun, mau tak mau ia harus menambal titik-titik yang bocor supaya air tidak menggenang di dalam rumah. Untuk penerangan di rumahnya, ia menyambung aliran listrik dari tetangga.
Ahmad mengaku membangun sendiri bangunan seadanya di lahan berukuran 7 x 20 meter sebagai tempat tinggal bersama keluarganya. Lahan tempatnya membangun rumah sendiri membeli lahan sisa milik orang lain yang pembayarannya dilakukan dengan cara diangsur. Sebelum memutuskan mengangsur tanah, hidup Ahmad dan keluarga berpindah-pindah dari satu barak ke barak lainnya.
Kepada Tabengan yang mengunjunginya, Jumat (30/8), Ahmad mengaku hanya memiliki pekerjaan serabutan. Begitu pula dengan kondisi istrinya. Sempat mengalami kecelakaan kerja pada bagian belakang kepala saat menjadi buruh pengangkut semen sekitar tahun 2005 menyebabkan dirinya tidak lagi bisa bekerja dengan maksimal. Sehingga saat ini ia hanya bisa bekerja semampunya saja.
“Sebenarnya saya ini merasa kuat saja ketika bekerja, tapi nyatanya apabila saya paksa badan saya tidak mampu sakit semua,” keluhnya.
Selama ini ia mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Termasuk pula mendapatkan program untuk keluarga tidak mampu seperti pembagian tabung gas elpiji misalnya. Padahal ia mengaku seringkali didata oleh petugas, namun bantuan tidak pernah sampai.
Keterbatasan ekonomi itu pun, menurutnya, berimbas kepada kondisi pendidikan kedua anaknya. Bahkan anak sulungnya, Desy kelas 1 SMP, sempat harus putus sekolah dikarenakan keterbatasan biaya. Sedangkan anak bungsunya, Ramadiansyah, kini masih duduk di bangku kelas IV SD.
Beruntung kisah Ahmad yang menghuni rumah tidak layak huni viral di media sosial. Yang menggerakkan beberapa komunitas sosial dan para dermawan menyumbangkan bantuan serta membantu anak sulungnya kembali bersekolah.
Pria kelahiran Sampit tahun 1977 ini berharap ada perhatian dari pemerintah setempat untuk ia dan keluarga. Terutama untuk pendidikan kedua anaknya ia mengharapkan ada keringanan biaya supaya kedua anaknya bisa terus melanjutkan sekolah. maya selviani