Unik  

Bir Tertua di Dunia

HAIFA/tabengan.com – Para peneliti mengatakan mereka telah menemukan tempat pembuatan bir tertua di dunia –beserta residu dan artefak yang diduga sebagai alat pembuatannya– yang diperkirakan berusia sekitar 13.000 tahun, di gua prasejarah dekat kota Haifa di Israel.

Penemuan ini dilakukan ketika para peneliti sedang mempelajari situs pemakaman bagi manusia pemburu-pengumpul (hunter-gatherer) purbakala semi-nomaden, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (16/9).

Pengolahan bir (brewery) pertama yang pernah tercatat dalam sejarah manusia berusia lebih dari 5.000 tahun yang lalu. Namun, penemuan terbaru di Israel disebut akan merombak sejarah seputar pengolahan bir.

Temuan terbaru itu juga menunjukkan bahwa bir tidak selalu merupakan produk sampingan dari pembuatan roti (dengan menggunakan bahan baku sisa pengolahan roti, seperti ragi, gandum, dan sebagainya) seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Lebih lanjut, para peneliti mengatakan bahwa mereka belum bisa menentukan, mana yang lebih dulu ada: pengolahannya (brewery) atau bir yang dihasilkan.

Namun, satu hal yang mereka sangat yakini adalah bir yang diolah itu digunakan dalam pesta-pesta ritual untuk menghormati orang mati, kata para peneliti dalam the Journal of Archaeological Science: Reports terbitan Oktober.

“Temuan ini memberingan sumbangan berupa catatan tertua alkohol buatan manusia di dunia,” Li Liu, seorang profesor Stanford University yang memimpin tim peneliti, mengatakan kepada Stanford News.

Liu mengatakan, tujuan besar riset mereka adalah untuk mencari petunjuk tentang makanan nabati apa yang orang-orang Natufia –yang hidup di antara periode Paleolitik dan Neolitik– sedang makan, dan selama pencarian, mereka menemukan jejak-jejak alkohol berbasis gandum atau jelai gandum.

Jejak yang dianalisis ditemukan di batu mortir sedalam 60 cm di lantai gua. Batu itu digunakan untuk menyimpan, menumbuk dan memasak berbagai jenis tanaman, termasuk oat, kacang-kacangan dan serat kulit pohon, seperti rami.

Minuman kuno itu, yang bertekstur seperti bubur saat ditemukan, disebut oleh peneliti tidak seperti bir yang kita kenal dewasa ini.

Tim peneliti telah berhasil menciptakan kembali minuman kuno itu untuk membandingkannya dengan residu yang mereka temukan.

Pembuatannya melibatkan biji-bijian gandum untuk menghasilkan malt, kemudian memanaskan malt tersebut sambil memfermentasi-kannya dengan ragi liar, kata studi tersebut.

Meski miras kuno itu difermentasi, tetapi kadar alkoholnya (Alcohol by Volume atau ABV) lebih lemah dari bir modern.l-com