PALANGKA RAYA/tabengan.com – Kota Palangka Raya dalam beberapa hari terakhir diselimuti asap yang berasal dari pembakaran hutan dan lahan. Jika sebelumnya kabut asap hanya muncul pada malam hingga pagi hari, kini asap bertahan sepanjang hari. Banyak warga yang mengeluh, karena udara terasa tak lagi segar. Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) mengintai semua warga.
Menyikapi kondisi ini, Wakil Wali Kota Palangka Raya Mofit Saptono Subagio mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan.
“Sudah jelas secara aturan, bahkan pemerintah pusat telah menetapkan ketentuan tidak adanya aktivitas pembakaran hutan dan lahan apapun bentuknya di musim kemarau. Harus kita taati agar kabut asap tidak meluas. Terlebih kita sudah berstatus siaga bencana karhutla,” kata Mofit, Senin (17/9).
Mofit menuturkan, Pemko akan bersinergi dengan TNI dan Polri selaku pengemban tugas dari pemerintah secara terpusat, untuk melakukan pencegahan bencana kebakaran hutan dan lahan agar kejadian serupa seperti pada 2015 silam tidak terulang kembali.
“Aturan sudah jelas, kalau ada yang terbukti melakukan pembakaran hutan dan lahan, akan menerima tindakan tegas berdasarkan hukum. Kami terus sampaikan kepada masyarakat yang belum mengetahui dampak dan hukum membakar lahan kepada yang belum memahaminya, jangan sampai ada masyarakat yang terbentur masalah hukum akibat membakar lahan,” imbuhnya.
Mofit mengakui, aksi pembakaran lahan yang menimbulkan bencana kabut asap, akan berdampak negatif dalam banyak sisi. Seperti merugikan kesehatan dan berbagai aktivitas termasuk ekonomi, sosial kemasyarakatan akan terhambat.
“Bahkan, dampaknya pun kerap dikeluhkan masyarakat internasional, karena dampak asap turut mempengaruhi aktivitas kesehatan termasuk arus penerbangan. Masalah karhutla ini tidak hanya menjadi masalah bagi pemerintah dan instansi terkaitnya, namun peran masyarakat agar sadar tidak membuka dan membakar lahan sangat penting,” pungkasnya.
Amat, warga Jalan G Obos, mengaku keluarganya kini mulai dilanda batuk-batuk. “Sekarang kabutnya makin tebal, kami harapkan upaya maksimal dari pemerintah untuk mengatasi ini. Juga sikap tegas, kalau ada yang ketahuan membakar hukum seberat-beratnya,” kata Amat.
Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Jalan Ir Soekarno, semakin meluas, Senin (17/9) siang. Bahkan, api merembet hingga ke pinggir jalan. Beruntung, petugas dari Posko Karhutla cepat tanggap dalam memadamkan api.
Komandan Posko Lapangan I Adonis Samad, Kiwok mengatakan, area lahan yang terbakar bukanlah titik baru, melainkan sisa dari kebakaran yang terjadi pada Minggu (16/9) kemarin.
Berbagai kendala ditemukan petugas saat melakukan pemadaman, seperti akses jalan yang hanya bisa dilalui sepeda motor, kondisi air maupun peralatan yang kurang.
“Kita memerlukan mesin sedot portabel yang bisa dibawa menuju lokasi. Memang ada, namun kurang,” ucapnya.
Kiwok menjelaskan, dalam kurun waktu 1 minggu ini pihaknya telah menangani beberapa lokasi kebakaran lahan. Seperti di Jalan Anggrek, Ir Soekarno, Karanggan, G Obos XXIV, G Obos XIV dan Jalan Banteng.
“Untuk areal yang terbakar di Jalan Ir Soekarno diperkirakan 10 hektare. Setidaknya ada 80 personel gabungan yang turun setiap hari untuk memadamkan api,” jelasnya.
Memasuki musim kemarau ini, Kiwok pun mengharapkan peran serta masyarakat untuk tidak membakar lahan.
“Apabila masyarakat menemukan adanya kebakaran lahan bisa menghubungi kami di nomor telepon 081351510110, Posko Induk Karhutla,”ungkapnya.
Jaga Kesehatan
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Yayuk Indriati mengatakan, dari data yang masuk ke provinsi selama 2 bulan ini, terjadi peningkatan kasus ISPA sebanyak 30 persen dari tahun 2017 lalu. Data ini berdasarkan angka pasien yang datang ke puskesmas pada bulan Juli dan Agustus lalu.
Ia mengatakan, pemerintah telah melakukan kolaborasi yang luar biasa secara lintas sektor dan lintas program yang melibatkan semuanya. “Saya berharap bisa dikurangi dan tidak meledak seperti tahun 2015 lalu yang luar biasa,” ujarnya.
Ia mengimbau kepada masyarakat apabila terjadi bencana atau mengarah bencana, agar bisa melindungi dan memproteksi diri masing-masing. Apabila ada kabut asap agar mengurangi aktivitas di luar rumah.
“Pakai masker dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi, minum yang cukup, dan istirahat yang cukup. Sekiranya saat radikal bebas itu menginfeksi, kita memiliki daya tahan tubuh yang baik, sehingga ketika sakit, bisa segera sembuh,” ujarnya. m-rgb/mel/fwa/m-sms