Tabengan.com – Siang itu awan mendung menyelimuti Kota Sampit dan sekitarnya. Hujan bahkan sempat turun mengguyur sebagian kawasan, termasuk di Ikon Jelawat Sampit yang penuh dengan warga. Tradisi mandi Safar yang dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam kalender Hijriyah, tampaknya sudah melekat di hati warga.
Meski cuaca mendung, belasan ribu warga tetap memadati kawasan Ikon Jelawat, Pelabuhan Sampit, Dermaga Habaring Hurung dan juga Pusat Perbelanjaan Mentaya, Rabu (7/11). Mereka sudah siap dengan berbagai peralatan mandi di sungai. Seperti pakaian ganti, dan yang utama adalah pelampung.
Mereka datang dari berbagai penjuru Kota Sampit. Ada yang datang dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan, kelotok, bahkan ada yang berenang dari rumahnya ke kawasan tersebut dengan bermodal pelampung. Selain karena tradisi dan budaya, mandi Safar semakin menarik karena Pemerintah Daerah juga menyiapkan berbagai doorprize menarik bagi warga yang ikut kegiatan mandi Safar.
Tradisi mandi Safar sendiri, konon kabarnya dapat membuang sial atau menolak bala pada diri seseorang, dan untuk perempuan yang masih bujangan dipercaya dengan mengikuti mandi Safar, maka akan segera atau mudah mendapatkan jodoh.
Sebelum mandi Safar dimulai, ada sejumlah ritual yang dilakukan. Seperti dengan mencampurkan air 7 sungai di Kalteng ke dalam sebuah balanga. Air tersebut kemudian digunakan untuk mencuci muka. Air ini kemudian menjadi rebutan warga, karena dianggap dapat membawa kebaikan.
Selain itu yang khas dari tradisi ini, yakni setiap warga yang menceburkan diri di Sungai Mentaya terlebih dahulu harus menggunakan daun sawang yang sudah dirajah dan kemudian disematkan di kepala atau pinggang, agar tidak mendapat bala di air pada hari itu. Mandi dengan bercebur ke sungai mengandung filosofi membersihkan diri dari hal-hal negatif, sehingga diharapkan bisa terhindar dari bala bencana.
Tak hanya mandi dan terjun ke Sungai Mentaya, sejumlah warga pun memanfaatkan kelotok-kelotok yang ada untuk melakukan susur sungai di kawasan itu. Mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, di kawasan Sungai Mentaya juga disiagakan kapal dari Satpol Air Polres Kotim, Ditpolair Polda Kalteng serta juga kapal KPLP dan Basarnas.
Bupati Kotim H Supian Hadi mengungkapkan, kegiatan mandi Safar merupakan salah satu tradisi budaya milik Kotim yang patut dilestarikan dan dipelihara dengan baik. Menurutnya, tradisi yang bernuansa agamis itu dapat mengundang dan menarik wisatawan, baik lokal maupun asing.
Disampaikannya, semua masyarakat dalam kegiatan ini berbaur dan memperlihatkan kebersamaan dan kekompakan dalam berkehidupan. Supian juga mengatakan, ke depan pelaksanaan mandi Safar akan dikemas dengan apik dan lebih baik lagi.
“Dari tahun ke tahun penyelenggaraan mandi Safar ini sudah ada peningkatan. Saya berharap tahun depan lebih meningkat lagi, sehingga bisa menarik wisatawan, tidak hanya wisatawan lokal, tapi juga wisatawan dari provinsi lain, bahkan dari luar negeri juga bisa datang,” harapnya yang didampingi Sekda Kotim H Halikinnor dan Kepala Disbudpar Kotim Fajrurrahman.
Disampaikannya, ke depan agar lebih semarak perlu ditambah kegiatannya, seperti dengan mengadakan lomba kapal hias dan berbagai kegiatan menarik lainnya. arbit safari