2 Warga Katingan Meninggal Kena DBD

KASONGAN/tabengan.com – Kabupaten Katingan dan Kota Palangka Raya saat ini tengah dalam kondisi mengkhawatirkan akibat meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD) yang menyerang masyarakat.

Hingga Kamis (15/11), sudah 2 orang warga Kabupaten Katingan yang meninggal dunia akibat DBD. Satu orang di Desa Hampalit dan satu lagi di Kasongan, Kecamatan Katingan Hilir.

“Kedua korban tersebut masih berusia di bawah 10 tahun,” ujar Sekda Katingan Nikodemus kepada Tabengan, Kamis.

Meskipun sudah 2 orang yang meninggal dunia lantaran mengidap penyakit DBD tersebut, namun dirinya tak mungkin menyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Karena yang mengetahui dengan pasti KLB dimaksud adalah dari seorang dokter atau dari Dinas Kesehatan setempat.

Atas meninggalnya 2 warga Katingan tersebut dia meminta masyarakat Katingan peduli hidup bersih. Bukan hanya pada saat makan dan minum, tapi bersih lingkungan. Maksudnya, sampah-sampah di halaman dan di lingkungan rumahnya masing-masing agar selalu dibersihkan setiap hari. Karena, nyamuk akan mudah bersarang di tempat-tempat atau di lingkungan yang kotor.

Sehubungan dengan itu, botol dan kaleng bekas baik dari plastik, alumenium maupun dari beling, ban dan sepatu bekas yang tak terpakai agar dikubur di dalam tanah. Karena, jika benda-benda seperti itu tidak dikubur dan dilihatkan begitu saja, ketika lubangnya menghadap ke atas akan dimasuki air.

“Jika dimasuki air, maka akan mudah nyamuk jenis Aedes Aegypti mendatangkan penyakit DBD tersebut bersarang. Semakin banyak bersarang di botol tersebut, maka akan semakin rentan mendatangkan bahaya penyakit DBD,” terangnya.

Tunggu Arahan Kemenkes
Di Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya, terhitung Oktober hingga November ada 76 korban DBD yang dirawat inap. Rinciannya 37 pasien pada Oktober dan 39 pasien hingga 15 November.

“Untuk tahun ini, dalam jangka waktu dua minggu dari awal bulan hingga 15, bulan November ini merupakan kasus DBD terbanyak di 2018. Ada 39 pasien, meningkat drastis. Namun tidak ada yang sampai meninggal dunia. Mungkin sudah saatnya kita disini menetapkan status Siaga satu DBD,” ungkap Kepala Sub Bagian Pembinaan Fungsi RS Bhayangkara, Susanta Imelda, Kamis.

Untuk daerah endemik DBD di Palangka Raya, kata Susanta, merata tersebar di seluruh wilayah kota, kecamatan, dan kelurahan mulai dari wilayah tengah kota hingga wilayah pinggiran.

“Pasien tersebar dari wilayah Kelurahan Bukit Tunggal, Menteng, Rakumpit, Bereng Bengkel, dan sebagainya. Rata-rata yang menjadi penderita yang dirawat di sini berusia dewasa,” ungkapnya.

Menurut Susanta, peralihan musim dari musim kemarau ke musim penghujan di penghujung tahun ini menyebabkan mudahnya nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD berkembang biak dan menulari masyarakat.

“Kewaspadaan masyarakat juga perlu. Jika ada anggota keluarga yang demam lebih dari 3 hari, harus segera dibawa ke dokter untuk diperiksa. Sebab dengan siklus pelana kudanya, DBD sangat berbahaya jika sampai terlambat penanganan,” pungkasnya.

Terpisah, Plt Kadis Kesehatan Palangka Raya Andjar Hari P menyebutkan, sepanjang 2018 sendiri sudah ada 147 kasus DBD dengan korban jiwa sebanyak 6 orang. “Itu adalah hasil data yang masuk ke pihak kita di Dinas Kesehatan Kota. Sedangkan di bulan November ini hingga tanggal 15, telah ada 31 kasus,” ungkap Andjar saat dihubungi Tabengan.

Untuk penetapan KLB DBD, Andjar belum bisa mengkonfirmasi lebih jauh bagaimana statusnya. “Kita masih menunggu arahan dari Kementrian Kesehatan, sebab ada aturan dan parameter yang mereka gunakan untuk menetapkan status KLB terhadap suatu wabah. Yang jelas kita akan berusaha mengatasi dan memutus penyebaran demam berdarah ini semaksimal mungkin,” tutupnya.c-dar/m-rgb