Yaman/tabengan.com – Pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi menyerang beberapa lokasi gerilyawan Al-Houthi pada Senin malam (19/11) di pinggir Kota Pelabuhan Laut Merah, Al-Hudaydah, kata warga setempat.
Sebanyak 12 serangan udara dilancarkan di 90th Street dan Permukiman 7 Juli, saat pasukan yang berperang saling melepaskan tembakan sengit di sebelah timur 50th Street dan Permukiman As-Saleh, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa siang.
Peningkatan bentrokan tersebut terjadi beberapa jam setelah Pemerintah Yaman, yang didukung oleh koalisi itu, dan gerilyawan Al-Houthi –yang bersekutu dengan Iran– mengumumkan gagasan perdamaian guna mendukung upaya perdamaian oleh PBB.
Pemerintah menyatakan akan menghentikan pertempuran dan menghadiri pembicaraan perdamaian, sementara gerilyawan Syiah Al-Houthi mengumumkan keinginan mereka untuk menghentikan serangan rudal balistik ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sebagai “bukti i’tikad baik” untuk mendukung upaya perdamaian PBB.
Pada Senin pagi, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz As-Saud juga menyampaikan dukungannya buat perdamaian di Yaman, kata stasiun televisi Al-arabiya, yang dioperasikan oleh Arab Saudi.
Al-Hudaydah telah menjadi ajang pertempuran saat pasukan pemerintah berusaha merebutnya dari gerilyawan Al-Houthi.
Gerilyawan Al-Houthi menguasai sebagian besar wilayah Al-Hudaydah, termasuk pelabuhannya –yang menjadi gerbang masuk utama buat 80 persen impor dan bantuan ke negara yang dicabik perang itu.
Pada Jumat, Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffitsh mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa Pemerintah Yaman dan gerilyawan Al-Houthi telah berjanji akan menghadiri pembicaraan perdamaian.
Griffiths mengatakan ia berharap bisa menyelenggarakan pembicaraan di Swedia sebelum akhir tahun ini dan bahwa ia akan mengunjungi Sana’a dan Al-Hudaydah dalam beberapa pekan ke depan.
Sementara itu, Inggris meminta Dewan Keamanan PBB segera melaksanakan gencatan senjata kemanusiaan di Yaman guna menjamin keberhasilan upaya utusan PBB tersebut.
Arab Saudi memimpin koalisi militer Arab yang ikut-campur di Yaman pada 2015 guna menyokong Pemerintah Presideen Abd-Rabbu Mansour Hadi, setelah gerilyawan Al-Houthi memaksa dia hidup di pengasingan dan merebut sebagian besar wilayah utara negeri itu, termasuk Ibu Kotanya, Sana’a.
Perang empat-tahun di Yaman telah menewaskan lebih dari 10.000 orang, kebanyakan warga sipil, membuat tiga juta orang lagi meninggalkan tempat tinggal mereka dan mendorong negeri itu ke jurang kelaparan.