PALANGKA RAYA/tabengan.com – Ratusan orang memenuhi halaman Balai Kaharingan Jalan Tambun Bungai Kota Palangka Raya, Selasa (4/12) pagi. Mereka bersama-sama berdoa dengan wujud upacara Tiwah untuk mengantar roh para saudara atau leluhur yang sudah meninggal.
Pagi-pagi di bawah mendung, Balai Kaharingan sudah dipadati orang. Mereka mengelilingi Sapundu yang sudah terikat dengan beberapa kerbau untuk kurban pada acara tersebut.
Seorang ibu tua yang hanya mau dipanggil Mina berjalan ke arah salah satu kerbau albino dengan membawa sebuah keranjang kecil berisi beras kuning, parfum, uang, bahkan emas dan perak. Lalu ia membaca sebuah doa dan menaburkan segenggam beras kuning ke arah kerbau sebagai bentuk pemberkatan terhadap kerbau yang akan menjadi kurban.
“Kami lempari atau kami taburi beras kuning supaya kerbaunya bersih, dan tidak ganas, karena kerbaunya nanti akan dikurbankan untuk mengantar saudara kami ke alam lain,” ucapnya sembari melirik kerbau persembahan keluarganya.
Ketika musik mulai dimainkan, satu persatu hewan kurban mulai dibunuh dengan tombak. Sebagai awalnya disembelih beberapa ekor ayam, lalu 4 ekor babi yang ditombak oleh keluarga yang ditiwahkan.
Pada puncaknya, kerbau-kerbau mulai dikelilingi dan satu persatu keluarga yang dipilih akan menombak kerbau sampai tersungkur mati. Kerbau harus ditusuk pada bagian ketiak agar langsung mengenai jantung.
Kerbau atau sapi dilambangkan sebagai hewan kurban tertinggi, tetapi di bawahnya harus selalu ada babi sebagai bantalan. Usai kerbau tersungkur, beberapa keluarga langsung memegangi kepala lalu mengikat mulut kerbau dan seketika menyembelihnya.
Beberapa wanita tua mengambil sebuah wadah untuk menampung darah kerbau tersebut untuk sesaji di bawah Sangkai Raya. Sangkai Raya sendiri merupakan simbol pusat dari area di upacara Tiwah. Upacara baru dianggap dapat dimulai jika Sangkai Raya sudah didirikan.
“Selain untuk sesaji di bawah Sangkai Raya, ada juga keluarga yang mengoleskan darah kerbau ke wajah sebagai berkat kalau dalam Kaharingan,” imbuh Mina.
Pada upacara Tiwah kali ini juga dihadiri beberapa pejabat dari Disbudpar Kalteng yang ikut meramaikan acara. Di atas balai tampak Kadisbudpar Kalteng Guntur Talajan asyik memainkan alat musik kenong sembari menggoyangkan kepala.
Guntur mengatakan, pemerintah mendukung secara penuh acara tersebut sebagai pembinaan umat beragama. Dukungan ini sudah dari awal hingga akhir acara nanti pada 20 Desember 2018.
“Sebagai dukungan juga, acara ini akan diadakan secara rutin tiap tahun sesuai jadwal yang akan dibicarakan bersama. Tujuannya menjadi daya tarik pariwisata di Kalteng agar semakin banyak turis yang berkunjung ke Kalteng,” ujar Guntur yang memakai kemeja batik berwarna kuning.yoh