Shanghai/tabengan.com – Perundingan perdagangan antara China dan Amerika Serikat (AS) pekan ini mencakup banyak aspek dan membantu menguatkan dasar resolusi terhadap masalah yang menjadi kekhawatiran satu sama lain, ungkap Kementerian Perdagangan China, Kamis, tetapi tidak memberi rincian terkait isu yang dibahas.
Perundingan selama tiga hari di Beijing yang dirampungkan pada Rabu tersebut merupakan negosiasi langsung pertama sejak Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping bertemu di Buenos Aires pada Desember dan menyepakati penghentian perang dagang selama 90 hari yang telah mengganggu arus barang bernilai ratusan miliar dolar.
Kedua belah pihak “berbagi pandangan tentang banyak aspek secara mendalam dan menyeluruh terkait isu perdagangan dan struktural yang menjadi kekhawatiran bersama, dan mendorong tercapainya kata mufakat dan menguatkan dasar resolusi terhadap masalah yang menjadi kekhawatiran satu sama lain,” ungkap Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan singkat.
Sejumlah perusahaan di kedua negara terkena dampak sengketa dagang tersebut. Apple Inc pekan lalu menggemparkan pasar global setelah memangkas perkiraan penjualan mereka, yang menurut mereka diakibatkan oleh lemahnya permintaan di China, sementara eksportir China melaporkan penurunan pesanan jalur pipa dari AS.
Washington menyerahkan kepada Beijing banyak tuntutan yang akan mendorong perumusan ulang ketentuan dagang antara kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut. Tuntutan itu mencakup perubahan kebijakan China dalam perlindungan hak kekayaan intelektual, pemindahan teknologi dan subsidi industri serta hambatan nontarif lain di sektor perdagangan.
Setelah melalui separuh masa dari penghentian perang dagang selama 90 hari, telah ada beberapa rincian konkret terkait perkembangan yang telah dicapai sejauh ini. Pertemuan di Beijing tidak berada di tingkat kementerian, karena itu tidak diperkirakan akan menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang.
Pada Rabu, kantor Perwakilan Dagang AS (U.S. Trade Representative/USTR) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa beberapa pejabat dari kedua belah pihak mendiskusikan “sejumlah cara untuk mencapai hubungan dagang yang adil, saling menguntungkan dan seimbang.” “Perundingan juga difokuskan pada janji China untuk membeli produk dan jasa di sektor pertanian, energi, manufaktur dan lainnya dalam jumlah besar dari AS,” ungkap USTR.
Perundingan tersebut membahas rencana peningkatan tarif AS terhadap impor China senilai 200 miliar dolar Amerika (sekitar Rp). Trump mengatakan dia akan menaikkan bea impor tersebut menjadi 25 persen dari 10 persen yang diberlakukan saat ini jika tidak ada kesepakatan yang dicapai sebelum 2 Maret, dan mengancam akan memberlakukan pajak terhadap semua impor dari China jika Beijing tidak memenuhi permintaan AS.
Pejabat AS telah lama mengeluh bahwa China gagal memenuhi janjinya di sektor perdagangan, seringkali menyinggung janji Beijing untuk melanjutkan impor daging sapi AS yang memakan waktu lebih dari satu dekade untuk dapat benar-benar diimplementasikan.
Belum ada rilis jadwal negosiasi langsung lebih lanjut setelah perundingan tersebut, dan USTR mengatakan delegasi AS kembali ke Washington untuk melaporkan pertemuan itu dan “untuk menerima pengarahan terkait langkah selanjutnya.” Kedua belah pihak sepakat untuk terus mempertahankan hubungan erat, ungkap Kementerian Perdagangan China.