Tabengan.com – Bagi sebagian masyarakat, rotan bernilai ekonomis yang mampu menambah penghasilan sehari-hari. Selain untuk dimakan pada bagian tunas mudanya, rotan juga digunakan sebagai bahan alat-alat rumah tangga, bahkan menjadi mebel bernilai jual tinggi. Di Desa Karuing Kecamatan Kamipang, Kabupaten Katingan, masyarakat membangun Demplot (Demonstration Plot) seluas 93 hektare untuk membudidayakannya.
Program Demplot ini dampingan dari WWF Kalteng bersama IKEA sebagai perusahaan mebel yang menggunakan bahan baku rotan dari Desa Karuing secara lestari. Budi daya yang dilakukan tidak dengan membuka lahan atau menebang pohon, tetapi mempertahankan tegakan pohon sebagai tempat pertumbuhan rotan.
Demplot dikelola oleh Perkumpulan Petani Rotan Katingan (P2RK) dan pelaksanaan kegiatannya dibentuk dengan nama Badan Pengelola Demplot Desa Karuing. Beberapa jenis rotan yang langka tapi memiliki nilai ekonomis juga mulai ditanam di Demplot seperti rotan jerenang, tantuwu, dan manau.
“Dikatakan langka karena tumbuh di hutan secara liar, tetapi tidak dibudidayakan oleh masyarakat. Maka dari itu, WWF Kalteng bersama masyarakat membangun Demplot ini,” kata Kurniadi, Sustainable Ratan Officer WWF Kalteng, kepada Tabengan, baru-baru ini.
Kurniadi menerangkan rotan jerenang atau nama pasarnya adalah dragon blood memiliki nilai ekonomis yang lebih karena menghasilkan resin yang juga laku dijual untuk pewarna. Harga resin rotan jerenang cukup tinggi, hingga Rp2 juta per kilonya.
Untuk menuju Demplot Desa Karuing perlu menggunakan perahu speed boat selama satu jam dari Desa Baun Bango. Usai perahu bersandar, dapat berjalan kaki kurang lebih 10 menit hingga area pembibitan tanaman rotan. Di area Demplot terdapat beberapa jenis rotan lokal dan dari luar yang ditanam oleh masyarakat.
“Ada rotan sigi, irit, bulu, itu yang lokal, tapi untuk yang rotan dari luar ada rotan jerenang yang berasal dari Aceh dan Banjar,” ungkap Ketua Badan Pengelola Demplot Rotan Desa Karuing Candra Irawan.
Pembibitannya seperti rotan pada umumnya, mulai dari penyemaian 1-10 hari mulai tumbuh tunas lalu barulah dipindah ke polybag. Lama pembibitan sampai siap ditanam pada area Demplot kurang lebih 9 bulan.
“Dalam satu persemaian tidak semua bibit dapat hidup, sekitar 90 persen saja yang bisa hidup dan sisanya tidak jadi bibitnya. Keberhasialan pembibitan juga tergantung kondisi alam hingga tua tidaknya induk dari bibit rotan tersebut,” papar pria berusia setengah abad itu.
Bibit-bibit rotan ini khusus ditanam di wilayah Demplot Desa Karuing yang berstatus hutan adat dan tidak ditanam di luar kawasan tersebut. Lahan Demplot dikelola oleh seluruh warga Desa Karuing. Warga boleh memanen kapan saja sesuai urutan yang berbeda di setiap tahunnya.
“Tiap tahunnya berbeda-beda orang yang memanen, kita bikin jadwal antrean, misalnya tahun ini siapa lalu tahun depan lagi siapa sesuai daftar yang sudah ditentukan supaya semua mendapat bagian.” tutupnya di sela kicauan burung yang bersahutan. yohanes