PANGKALAN BUN/tabengan.com – Tingginya intensitas curah hujan dan buruknya drainase menyebabkan Desa Kapitan dan Kelurahan Kumai Hilir serta Kelurahan Candi, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), terendam banjir, Rabu (12/6) malam. Puluhan rumah terendam dan warga memilih tetap tinggal di rumahnya masing masing.
Pantauan di RT 02 Desa Kapitan dan RT 15 Kelurahan Kumai Hilir, Kamis (13/6), air yang merendam rumah warga rata-rata setinggi 70 cm hingga 1 meter. Aliran air tampak deras, terutama pada bantaran Sungai Jayau dan Sungai Kapitan.
Ardiansyah, warga RT 02 Gang Talar Desa Kapitan, mengatakan, selama dirinya tinggal baru pertama kali terjadi banjir yang seperti saat ini. Hal itu diakibatkan adanya penyempitan Sungai Jayau dan Sungai Kapitan. Selain itu, air dari Desa Batu Belaman dan Desa Pasir Panjang meluap ke sungai tersebut.
“Air secara tiba-tiba datang dengan arus yang deras, kami juga heran karena baru ini terjadi banjir seperti ini. Paling parah di Jalan Padat Karya hampir 20 rumah sudah ditinggal oleh pemiliknya karena kedalaman mencapai 1 meter lebih,” kata Ardiansyah.
Camat Kumai Yudi Huda melalui Kasi Trantib, Doddy mengatakan pihaknya terus memantau rumah-rumah warga yang terdampak banjir dan melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar.
Hingga saat ini warga belum ada yang mengungsi dan pihaknya belum mendirikan Posko. Namun demikian terus memantau, termasuk mendatangi warga yang terdampak banjir dan mengalami sakit. Karena tidak mau diungsikan, maka pihaknya minta petugas kesehatan untuk memeriksa warga yang sakit.
Dody menambahkan, selain RT 02 Kapitan dan RT 15 Kumai Hilir, banjir juga terjadi di RT 09 Kelurahan Candi, bahkan Kantor Kecamatan Kumai pun turut terdampak.
Kasi Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kobar Pahrul Laji ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya mengatakan, banjir yang terjadi di Gang Talar RT 02 dan Jl. Berlian RT 15 Desa Kapitan, Kumai, penyebabnya karena intensitas curah hujan yang tinggi. Selain itu karena adanya pembukaan drainase baru di daerah hulu (Desa Batu Belaman).
Kemudian disebabkan juga karena drainase di daerah permukiman tidak ada, bahkan sebagian besar tidak berfungsi mengalirkan air.
“Lebih parah lagi karena pendirian rumah atau dapur tepat berada di atas bantaran sungai. Selain itu, muara pembuangan air di bagian hilir yang berkelok-kelok dan terjadi penyempitan. Saat ini kami pun masih terus lakukan pemantauan dan mendata, untuk sementara ada 37 rumah yang terdampak banjir, ” kata Pahrul.
Pada Kamis (13/6), lanjut Pahrul, Dinas Teknis bersama konsultan telah melakukan pemetaan lokasi melalui drone. c-uli