Ratusan Rumah di Kotim Terendam

SAMPIT/tabengan.com – Banjir kembali melanda wilayah hulu Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Kali ini, ratusan rumah warga di 6 desa di Kecamatan Bukit Santuai terendam banjir akibat luapan Sungai Mentaya yang terjadi sejak 17 Juni 2019.

Camat Bukit Santuai Pungkal menyebutkan 5 desa yang terendam banjir di antaranya Desa Tumbang Torung, Tumbang Sapia, Tumbang Getas, Lunuk Bagantung, dan Tumbang Watu.

“Tadi kami habis meninjau lokasi, ketinggian air banjir mencapai 1 meter dan merendam rumah warga. Tak hanya rumah, lokasi tanam padi pun habis terendam,” ujarnya kepada Tabengan, Selasa (18/6).

Ia mengaku pihaknya masih mendata berapa jumlah kepala keluarga (KK) yang terdampak banjir. Namun, diprediksi ada ratusan KK yang berada di desa-desa tersebut.

Menurutnya, semua warga desa masih bertahan di lokasi rumah yang tergenang banjir. Beberapa warga memiliki rumah berpola rumah panggung, sehingga bisa bertahan di rumah bagian atas. Sementara yang lain ada yang menggunakan kelotok untuk tetap berada di lokasi.

Dijelaskan Pungkal, beberapa desa tersebut memang merupakan lokasi langganan banjir, terutama ketika terjadi hujan deras, sehingga luapan air pasti akan merendam desa.

Selain di Kecamatan Bukit Santuai, banjir juga merendam rumah-rumah warga di Desa Hanjalipan, Kecamatan Kota Besi. Informasinya, ada 10 rumah warga terendam yang terjadi sejak 13 Juni lalu.

“Hingga saat ini air banjir masih merendam karena kedalaman air dari jalan tidak merata,” ujar Kepala Desa Hanjalipan Sapransyah, Selasa.

Ketinggian banjir tersebut, jelas dia, berkisar antara 50 cm hingga 1 meter dari permukaan jalan. Dia mengakui lokasi banjir memang lokasi rawan banjir dan sudah langganan setiap tahunnya. Terutama pada saat turun hujan lebat dengan intensitas lama dan hampir setiap hari.

“Kalau banjir seperti ini sudah terjadi cukup lama, bahkan hampir setiap tahun saat musim penghujan,” kata Sapransyah.

Akibat banjir, aktivitas warga pun cukup terganggu, bahkan anak-anak sekolah terpaksa diliburkan. Hal itu dilakukan, karena para guru khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap para siswa.

“Kita masih bersyukur banjir tersebut terjadi setelah ulangan semester, sehingga guru langsung meliburkan aktivitas belajar mengajar,” terang Sapransyah.

Normalisasi Sungai
Sementara itu, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) bergerak cepat untuk mengatasi banjir. Ada 3 anak sungai yang mendapatkan perhatian khusus.

Plt. Kepala Dinas PUPR Kobar Junni Gultom mengatakan 3 sungai yang akan dilakukan normalisasi adalah Sungai Tembaga, Sungai Bamban dan Sungai Buun, agar banjir dalam Kota Pangkalan Bun, khususnya wilayah permukiman dapat teratasi.

“Kami pun melaksanakan kegiatan workshop dalam rangka memberikan solusi mengatasi banjir di permukiman dalam Kota Pangkalan Bun. Sungai Tembaga mulai hari ini (kemarin) dilakukan pembenahan, normalisasi untuk mencegah terjadinya banjir di permukiman,” kata Junni, Selasa (17/6).

Diperkirakan normalisasi ini akan dilakukan dengan pelebaran dan pengerukan bagian sungai yang mengalami pendangkalan agar air bisa lancar mengalir.

Junni menambahkan Dinas PUPR Kobar terus mencari solusi terhadap wilayah yang terdampak banjir, seperti di Kecamatan Pangkalan Banteng juga menjadi perhatian khusus. Semua sungai yang bermuara di Sungai Hijau akan dilakukan normalisasi.

“Begitu juga banjir yang terjadi di Kecamatan Kumai beberapa hari lalu, di RT 02 Desa Kapitan dan Kelurahan Kumai Hilir menjadi perhatian utama, mengingat wilayah itu selalu banjir jika terjadi pasang air laut. Agar tidak terjadi banjir pada saat musim penghujan, maka aliran sungai selain dinormalisasi juga ada pembagian aliran, sehingga semuanya tidak bertumpuk di Sungai Kapitan maupun Jayau,” ujar Junni. c-may/c-uli